BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Orang cenderung
berpikir bahwa globalisasi
itu merupakan suatu
phenomena baru. Namun demikian
phenomena ini sudah
dibangun secara progresif
sejak beberapa abad yang lalu sejak manusia melintasi dunia.
Ada beberapa
definisi globalisasi yang
berbeda, kebanyakan orang memandangnya sebagai
fenomena ekonomi, melibatkan
peningkatan
interaksi,keterpaduan,
sistem ekonomi nasional
melalui pertumbuhan perdagangan internasional, investasi dan
aliran modal, namun ada juga yang menganggapnya sebagai peningkatan
yang terjadi dengan
cepat dalam pertukaran
teknologi, sosial, dan budaya lintas negara sebagai bagian dari
globalisasi. Kebanyakan definisi globalisasi
diartikan sebagai perpindahan
orang, barang, modal dan berfikir-berfikir yang
sepadan dan mengakibatkan
terjadinya peningkatan
ekonomi terpadu yang
pada gilirannya dipicu oleh
peningkatan perdagangan dan investasi.Hal
seperti ini terus
menerus maju dalam
kehidupan di dunia tanpa batas.
Baru-baru ini
kegiatan globalisasi meningkat
secara dramatis. Pesawat
terbang jet, pelayanan telepon
yang murah, e-mail,
komputer, aliran permodalan
yang cepat, semua ini
telah membuat dunia
lebih saling bergantung
kepada pihak lain dibandingkan sebelumnya.
Sebagai contoh perusahaan
multinasional memproduksi produk mereka dibeberapa negara dan menjual
kepada konsumen diseluruh dunia. Uang,
teknolologi dan bahan
mentah lebih mudah bergerak melintasi batas negara.
Globalisasi
juga menimbulkan persaingan yang
ketat diantara perusahaan–perusahaan untuk mendapatkan pangsa pasar
yang dibidiknya. Dengan adanya
globalisasi maka didunia usaha
mau tidak mau
didorong untuk mencapai
suatu organisasi perusahaan yang
efektif dan efisien. Keefektifan dan
keefisienan dalam suatu perusahaan sangat diperlukan oleh
perusahaan agar perusahaan dapat memiliki daya
saing maupun keunggulan
lebih dari para
pesaing, sehingga perusahaan dapat bertahan dalam dunia
persaingan yang ketat.
Untuk dapat
bersaing dengan industri yang sejenis lainnya, perusahaan harus mempunyai
keunggulan kompetitifyang sangat sulit ditiru,
yang hanya akan diperoleh dari
karyawan yang produktif,
kreatif dan inovatif,
kreatif selalu bersemangat dan
loyal. Karyawan yang
mempunyai kriteria seperti
itu hanya akan dimiliki
melalui penerapan konsep
dan tekhnik manajemen sumber daya
manusia yang tepat
dengan semangat kerja
yang tinggi serta pemimpin yang
efektif dan lingkungan
kerja yang mendukung.
Faktor-faktor yang dapat digunakan
untuk meningkatkan produktivitas kerja
karyawan, diantaranya kepemimpinan,motivasi dan lingkungan kerja.
Seperti itulah contoh hubungan globalisasi dengan daya saing dan produktivitas
dalam lingkup perusahaan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara globalisasi dengan daya saing dan
produktivitas ?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui hubungan antara globalisasi
dengan daya saing dan produktivitas
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Pengertian Korosi
Korosi adalah penurunan mutu logam
akibat reaksi elektro kimia dengan lingkungannya. Definisi lain dari korosi adalah
perusakan atau penurunan mutu dari material akibat bereaksi dengan lingkungan
dalam hal ini adalah interaksi secara kimiawi. Sedangkan penurunan mutu yang
diakibatkan interaksi secara fisik bukan disebut korosi, namun biasa dikenal
sebagai erosi dan keausan. Contoh korosi antara lain: karat besi dan paduannya
pada temperatur kamar, kerak baja pada temperatur tinggi, noda pada perak, dan
lain sebagainya.
Korosi atau pengkaratan
merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang pada dasarnya merupakan
reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan
lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam
besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan
banyak kerugian.
Korosi logam melibatkan proses
anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam
(permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan
laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau
oksigen dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam udara
lembab, misalnya proses reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e} x 2
Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e → 2 H2O(l) +
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++
2 H2O(l)
Dari
data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses korosi ini, ,yaitu E0 sel = +1,67 V ; reaksi
ini terjadi pada lingkungan asam dimana ion H+ sebagian dapat diperoleh dari
reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe+2 yang
terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk
besi (III) oksida :
4
Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
Hidrat
besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrik
dipacu oleh migrasi elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi
dalam air garam. Jika
proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu :
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)
Oksidasi
lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini sehingga sulit
berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera ditangkap
oleh garam kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks stabil biru.
Lingkungan basa tersedia karena kompleks kalium heksasianoferat (III). Korosi
besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi
(III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara
maupun air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih
negatif ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena
hasil oksidasi Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga
melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.
Korosi merupakan proses
atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan
sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama
sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga
memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi
merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya.
Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya
sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang
mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut
kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut.
Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati
logam dan menangkap elektronelektron yang tertinggal pada logam.
Korosi
merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-negara maju
sekalipun, masalah ini secara ilmiah belum tuntas terjawab hingga saat ini.
Selain merupakan masalah ilmu permukaan yang merupakan kajian dan perlu
ditangani secara fisika, korosi juga menyangkut kinetika reaksi yang menjadi
wilayah kajian para ahli kimia. Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena
menyangkut umur, penyusutan dan efisiensi pemakaian suatu bahan maupun
peralatan dalam kegiatan industri. Milyaran Dolas AS telah dibelanjakan setiap
tahunnya untuk merawat jembatan, peralatan perkantoran, kendaraan bermotor,
mesin-mesin industri serta peralatan elektronik lainnya agar umur konstruksinya
dapat bertahan lebih lama. Banyak negara telah berusaha menghitung biaya korosi
nasional dengan cara yang berbeda-beda, umumnya jatuh pada nilai yang berkisar
antara 1,5 – 5,0 persen dari GNP. Para praktisi saat ini cenderung sepakat
untuk menetapkan biaya korosi sekitar 3,5 persen dari GNP. Kerugian yang dapat
ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti pergantian peralatan
industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi juga biaya
tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta
kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.
1.2 Penyebab Korosi
Faktor yang berpengaruh
terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu
sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan,
struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan,
teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi
tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang
bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi)
terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik
maupun organik.
1.3 Kerugian dan Keuntungan
Akibat Korosi
2.3.1 Kerugian Korosi
1.
Adanya kerugian teknis dan depresiasi
2.
Menurunnya efisiensi
3.
Menurunnya kekuatan konstruksi
4. Apperance
yang buruk
5.
Karat merupakan polusi dan menambah biaya maintenance
2.3.2 Keuntungan Korosi
1. Adanya pabrik cat (coating)
2. Adanya pekerjaan cathodic protection
1.4 Penanggulangan Korosi
1. Melapis
permukaan logam dengan cat.
2. Melapis
permukaan logam dengan proses pelapisan atau Electroplating.
3. Membuat
lapisan yang tahan terhadap korosi seperti Anodizing Plant.
4. Membuat
sistem perlindungan dengan anoda korban.
5. Membuat
logam paduan yang tahan terhadap korosi.
Dari metoda-metoda
pelapisan tersebut, masing masing mempunyai keunggulan dan kekurangan. Melapis
logam dengan cat merupakan cara yang paling mudah dan murah, tetapi paling
cepat rusak daya tahannya. Sedangkan membuat logam paduan adalah cara yang
paling rumit dan mahal, tetapi daya tahannya paling bagus. Logam paduan juga
ditujukan untuk hal hal lain seperti membuat logam yang kuat tapi ringan, atau
logam yang keras tapi getas seperti baja dan sebagainya.
Peristiwa korosi
pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, namun dapat dihambat
maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak negatif yang
diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan elektronik
menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang
untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi
diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh
terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industri.
1.5 Pengendalian Korosi
1. Perancangan
geometris alat atau benda kerja
2. Pemilihan
bahan yang sesuai dengan lingkungan
3. Pelapisan
dengan bahan lain lain untuk mengisolasi bahan dari lingkungan, atau coating
4. Pemberian
bahan kimia pada media mengalir yang dapat menghambat korosi, atau inhibisi
5. Proteksi
katodik yaitu memasok arus negatif ke badan benda kerja agar terhindar dari
reaksi oksidasi oleh lingkungan
6. Inspeksi
rutin terhadap kinerja semua upaya proteksi yang dilakukan
7. Pemeliharaan
kebersihan.
Pengendalian korosi pada
peralatan elektronik dapat dilakukan melalui pengendalian lingkungan atau
ruangan di mana peralatan tersebut ditempatkan. Penanganan masalah korosi
berkaitan dengan perawatan dan perbaikan fasilitas produksi serta peralatan
penunjang lainnya. Kegiatan ini harus dapat mengidentifikasi, mengantisipasi
dan menangani masalah korosi pada alat, mesin dan fasilitas industri secara
keseluruhan. Pemantauan korosi perlu dilakukan secara periodik. Upaya
menghambat laju korosi harus terintegrasi dengan program perawatan dan
perbaikan sehingga diperoleh hasil yang terbaik. Pengendalian laju korosi
melalui pengendalian lingkungan umumnya dilakukan dengan menjaga kelembaban
udara dan pengendalian keasaman lingkungan. Namun pengendalian lingkungan ini
hanya mungkin dilakukan untuk peralatan yang berada dalam suatu ruangan, dan
tidak mungkin dilakukan terhadap fasilitas yang berinteraksi langsung dengan
lingkungan di luar ruangan. Upaya pengendalian korosi ini harus melibatkan
semua fihak yang terlibat dalam pengoperasian alat, mesin, instalasi serta
fasilitas lainnya. Masalah korosi dan upaya pengendaliannya perlu diperkenalkan
kepada seluruh jajaran direksi dan karyawan yang terlibat langsung dalam
kegiatan industri. Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya pengendalian
korosi peralatan elektronik, antara lain adalah :
·
Menyimpan bahan-bahan
korosif sebaik mungkin sehingga terjadinya kebocoran, penguapan serta pelepasan
ke lingkungan dapat dihindari. Pengecekan bejana penyimpan bahan kimia korosif
yang mudah menguap perlu dilakukan secara periodik, sehingga adanya kebocoran
bahan tersebut segera dikenali dan dapat diambil tindakan sedini mungkin untuk
menghindari efek yang lebih luas.
·
Melakukan pemeliharaan
rumah tangga perusahaan secara baik termasuk ketertiban dan kebersihan dalam
perusahaan.
·
Pengoperasian alat
dehumidifier untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruangan yang di dalamnya
menyimpan peralatan elektronik mahal dan rentan terhadap serangan korosi.
Peralatan-peralatan elektronik yang rawan terhadap pengaruh korosi perlu
disimpan di ruang tertutup, jauh dari kemungkinan pencemaran udara akibat
terlepasnya bahan-bahan korosif ke lingkungan.
·
Menutup alat sewaktu
tidak dipergunakan untuk menghindari masuknya debu-debu ke dalam alat. Perlu
diketahui bahwa debu dapat tertempeli polutan korosif yang apabila terbang
terbawa udara dapat masuk ke dalam alat dan menempelkan dirinya ke permukaan
komponen-komponen elektronik di dalam alat tersebut.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Korosi Atmosferik
Tanpa
disadari, setiap hari kita berurusan dengan korosi atmosferik, misalnya karat
pada pagar, mobil, atau peralatan rumah tangga lainnya. Korosi atmosferik
merupakan hasil interaksi logam dengan atmosfer ambient di sekitarnya, yang
terjadi akibat kelembaban dan oksigen di udara, dan diperparah dengan adanya
polutan seperti gas-gas atau garam-garam yang terkandung di udara.
Atmosfer yang berpengaruh pada korosi atmosferik dapat dikategorikan menjadi:
Atmosfer yang berpengaruh pada korosi atmosferik dapat dikategorikan menjadi:
·
Rural.
Daerah rural paling tidak korosif karena hanya mengandung sedikit polutan, dan
lebih banyak dipengaruhi oleh embun, oksigen dan CO2.
·
Urban.
Bahan korosif pada daerah urban adalah SOx dan NOx yang berasal dari emisi
kendaraan bermotor dan sedikit aktivitas industri.
·
Industri.
Kondisi atmosfer daerah industri sangat berkaitan dengan polutan yang
dihasilkan oleh industri, seperti SO2, klorida, phospat dan nitrat.
·
Pantai/laut.
Pantai/laut merupakan daerah paling korosif, karena atmosfernya mengandung
partikel klorida yang bersifat agresif dann mempercepat laju korosi.
Peralatan
industri minyak bumi (misalnya anjungan produksi, kilang minyak, tangki timbun,
sistem perpipaan, kapal tanker) umumnya berada di daerah industri atau laut
atau gabungan keduanya, di mana kondisi atmosfer mengandung polutan-polutan
yang korosif berupa sulfur dan klorida, sehingga peralatan tersebut sangat
rawan terhadap serangan korosi atmosferik. Apabila tidak dilakukan tindakan
yang tepat, dampak korosi atmosferik dapat berakibat mulai dari kegagalan
peralatan hingga membahayakan keselamatan pekerja, misalnya tiang anjungan
produksi lepas pantai yang keropos.
3.2 Mekanisme
Korosi Atmosferik
Proses terjadinya
korosi atmosferik dimulai dari pengembunan uap air di permukaan logam yang
membentuk lapisan tipis (lapisan film elektrolit). Lapisan tipis air ini
kemudian melarutkan partikel-partikel dan gas dari udara ambien, dan bertindak
sebagai elektrolit tempat terjadinya reaksi korosi.
3.3 Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Korosi Atmosferik
Korosi
atmosferik sangat dipengaruhi kondisi cuaca lokal, sehingga tidak ada dua
tempat di dunia ini yang memiliki karakteristik korosi atmosferik yang sama satu
dengan yang lain. Parameter atmosfer yang sangat
mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah kelembaban udara relatif,
temperatur, curah hujan, arah dan kecepatan angin, serta kandungan polutan
dalam udara ambien.
Polutan yang
sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah SO2 dan ion klorida, sehingga
kadar SO2 dan salinitas udara (kandungan klorida) di udara digunakan sebagai
basis dalam menentukan kategori korosivitas atmosfer pada suatu
lokasi/lingkungan berdasarkan ISO 9223. SO2
berasal dari polusi industri, yang jika terlarut dalam larutan akuatik di
permukaan logam akan membentuk H2S dan/atau H2SO4 yang akan mempercepat laju
korosi atmosferik. Ion klorida dalam salinitas udara akan terlarut pada lapisan
tipis air di permukaan air dan kemudian menyerang logam, sehingga efeknya
adalah peningkatan laju korosi di permukaan logam. Apabila suatu lingkungan
memiliki kadar SO2 dan ion klorida sangat tinggi, seperti daerah industri di
tepi laut, maka dapat diperkirakan daerah tersebut akan memiliki karakter
atmosfer dengan laju korosi atmosferik yang sangat tinggi.
3.4 Pengamatan
Korosi Atmosferik
Korosi
atmosferik pada dasarnya diamati dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu
dengan mengukur parameter atmosferik, serta exposure test menggunakan sampel
logam. Data parameter atmosferik, seperti kelembaban udara relatif, temperatur
ambien, curah hujan, dan kadar polutan (misalnya kadar SO2 dan ion klorida di
udara) dapat diperoleh melalui pengukuran di udara ambien. Selanjutnya laju
korosi untuk masing-masing logam diketahui dengan mengidentifikasi data
exposure test dari masing-masing lingkungan (rural, laut/pantai, industri).
Dari hasil pengamatan tersebut, dapat diketahui jenis logam yang sesuai untuk
lingkungan tertentu. Lebih jauh lagi, dapat diturunkan suatu persamaan
matematis antara parameter atmosferik dengan laju korosi logam yang terukur saat
exposure test.
Salah
satu metode yang umum digunakan untuk pengamatan korosi atmosferik adalah
metode mengikuti standar ISO. Dari hasil pengamatan yang dilakukan sesuai
standar ISO 9225 dan 9226, dapat dilakukan klasifikasi korosi di lingkungan
sesuai standar ISO 9223 dan selanjutnya dapat menentukan material yang cocok
dengan kondisi atmosferik setempat serta menentukan metode pengendalian korosi
yang sesuai. Metode lain yang dapat juga digunakan untuk pengamatan korosi
atmosferik adalah PACER LIME, yang dikembangkan untuk manajemen perawatan
sistem struktur pesawat terbang.
Jika tidak
tersedia korelasi antara laju korosi atmosferik dengan parameter atmosferik
(karena umumnya korelasi atau data korosi berdasarkan atmosferik jarang
dijumpai), maka kerusakan akibat korosi atmosferik harus diperkirakan dengan
pengukuran langsung. Cara termudah untuk
melakukan pengukuran korosi atmosferik adalah dengan metode kupon. Dari hasil
paparan, dapat dianalisa untuk kehilangan berat, densitas dan kedalaman pit, dan
analisa-analisa lain. Tipe kupon yang biasa digunakan adalah kupon panel datar
yang dipaparkan pada rak paparan. Jenis spesimen lain yang biasa digunakan juga
adalah U-bend atau C-ring untuk mempelajari SCC pada lingkungan atmosferik yang
diamati.
Kelemahan
untuk metode kupon yang konvensional adalah memerlukan waktu paparan yang
sangat panjang untuk memperoleh data yang sah; tidak jarang waktu paparan dapat
mencapai 20 tahun atau lebih. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan beberapa
variasi spesimen kupon, seperti helical coil (sesuai dengan ISO 9226).
Kelebihan dari helical coil adalah rasio luas berbanding berat yang lebih
tinggi daripada kupon panel akan memberikan sensitivitas pengukuran laju korosi
yang lebih baik.
Jenis spesimen lain yang dapat digunakan adalah bimetalic specimen, di mana kawat dililitkan pada sekrup dari jenis logam yang berbeda. Spesimen ini digunakan pada uji CLIMAT (Classify Industrial and Marine Atmosphere) dan akan memberikan sensitivitas pengukuran yang lebih baik. Umumnya spesimen yang digunakan adalah kawat aluminium yang dililitkan pada sekrup tembaga dan baja, karena kombinasi logam-logam ini memberikan sensitivitas pengukuran tertinggi untuk lingkungan industri dan laut/pantai. Pada tes ini, indeks korosivitas atmosferik ditentukan sebagai persen kehilangan massa pada kawat aluminium.
Jenis spesimen lain yang dapat digunakan adalah bimetalic specimen, di mana kawat dililitkan pada sekrup dari jenis logam yang berbeda. Spesimen ini digunakan pada uji CLIMAT (Classify Industrial and Marine Atmosphere) dan akan memberikan sensitivitas pengukuran yang lebih baik. Umumnya spesimen yang digunakan adalah kawat aluminium yang dililitkan pada sekrup tembaga dan baja, karena kombinasi logam-logam ini memberikan sensitivitas pengukuran tertinggi untuk lingkungan industri dan laut/pantai. Pada tes ini, indeks korosivitas atmosferik ditentukan sebagai persen kehilangan massa pada kawat aluminium.
3.5 Pengendalian Korosi
Atmosferik
Hanya ada 2 metoda yang efektif untuk mencegah dan
mengendalikan korosi atmosferik, yaitu coating dan pemilihan material yang
sesuai, atau gabungan keduanya. Dari hasil penentuan karakteristik atmosfer dan
pengukuran laju korosi di tempat peralatan industri minyak bumi berada atau
akan dibangun, dapat ditentukan jenis material dan coating yang sesuai untuk
membangun konstruksi peralatan yang tahan terhadap korosi atmosferik. Penentuan
ini tentunya juga mempertimbangkan faktor biaya dan keekonomian. Dari hasil
analisis, seringkali terjadi penggunaan logam yang tidak terlalu tahan korosi
atmosfer (misalnya baja karbon) namun dilindungi sistem coating lebih ekonomis
daripada baja paduan yang tahan korosi namun tidak dilindungi sistem coating.
3.6 Pengertian Korosi Basah
Terkorosinya suatu logam dalam lingkungan elektrolit
(air) adalah proses elektrokimia. Proses ini terjadi bila ada
reaksi setengah sel yang melepaskan
elektron dan reaksi
setengah yang menerima
elektron tersebut. Kedua reaksi
ini akan terus
berlangsung sampai terjadi
kesetimbangan dinamis dimana
jumlahh elektron yang dilepas sama dengan jumlah olektron yang diterima.
Adapun syarat-syarat dimana proses dapat terjadi :
a. Anoda, tempat terjadinya reaksi
oksida dimana ion negatif berkumpul.
b.
Katoda, tempat terjadi reaksi reduksi dimana ion positif berkumpul.
c.
Media elektrolit, sebagai penghantar elektron anatara katoda dan
anoda.
Bersifat menghantarkan listrik.
d.
Adanya arus akibat pengerakan elektron.
3.7 Mekanisme Korosi Basah
Mekanisme
korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Reaksi elektrokimia
melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan
elektron merupakan hasil reaksi
redoks (reduksi-oksidasi). Mekanisme
korosi melalui reaksi
elektrokimia melibatkan
reaksi anodic di
daerak anodic. Reaksi anodic
(oksidasi) diindikasikan melalui peningkatan
valensi atau produk
elektron-elektron. Reaksi anodik
yang terjadi pada proses korosi logam yaitu:
M → Mn + + ne
Proses korosi dari
logam M adalah
proses oksidasi logam
menjadi satu ion
(n+) dalam pelepasan elektron.
Harga dari n
bergantung dari sifat
logam sebagai contoh
besi:
Fe → Fe2+ + 2e E0 =
0.44 V
dilanjutkan dengan reduksi gas Oksigen;
O2 + H2O + 4e → 4OH- E0 =
0.40 V
Kedua reaksi menghasilkan
potensial reaksi yang
positif (E =
0.84 V) menunjukan bahwa reaksi
ini dapat terjadi.
Jika proses ini
dalam suasana asam
maka, proses oksidasinya adalah:
O2 + 4 H+ + 4e → 2 H2O E0 = 1.23 V
dan potensial reaksinya semakin besar yaitu:
E = (0.44 + 1.23) = 1.63 Volt.
Dengan kata lain proses korosi besi akan lebih mudah terjadi dalam
suasana asam. Pada logam yang sama, salah satu bagian permukaannya dapat
menjadi anoda dan bagian permukaan
lainnya menjadi katoda.
Hal ini bisa
saja terjadi karena kemungkinan logam
terdiri dari phase
yang berbeda, karena
permukaan logam dilapisi dengan
kondisi coating yang berbeda,
atau karena di
permukaan logam terdapat lebih
dari satu macam elektrolit.
3.8 Penanganan Korosi Basah
Untuk
memperlambat korosi basah, ada
beberapa cara yang bisa ditempuh, yaitu:
1.
Pelapisan
logam, 2. Pengecatan, 3. Perlindungan katodik, dan 4. Memperkecil katalisator
dalam system.
1.
Pelapisan logam
Prinsip pelapisan logam adalah
menghambat reaksi oksidasi logam yang akan dilindungi. Jadi pada proes ini
logam yang akan dilindungi harus dilapisi dengan logam yang sukar mengalami
oksidasi. Contoh dalam kehidupan sehari-
hari seperti: melapisi besi dengan emas, melapisi besi dengan krom, melapisi
besi dengan perak, melapisi besi dengan titanium, dll.
Ada beberapa macam teknik pelapisan
logam,yaitu: 1. Penyepuhan/ penyalutan listrik/ electroplating, 2. Pencelupan
Panas (Hot Dipping), 3. Pelapisan Dengan Penyemprotan, 4. Pelapisan Dengan
Penempelan (Clad Coating) dan 5. Pelapisan Difusi. Pemilihan pelapisannya
sangat tergantung dari jenis logam,
kegunaan, dan tingkat kebutuhannya.
2.
Pengecatan
Pengecatan bertujuan untuk memisahkan dari
logam dan lingkungannya.
Pengecatan yang
baik adalah mampu menutup semua pori logam yang ada, sehingga peluang oksigen
dan air untuk masuk kerongga logam besi akan bisa dihindari. Untuk hal ini
sering digunakan cat, selaput organic, vernis, lapisan logam, dan enamel.
Jika pori- pori logam yang ada tidak
tertutup, maka akan terjadi reaksi seperti berikut:
Fe +
O2
Fe O
Fe +
O2
Fe2 O3
Apalagi dalam
suasana yang mendukung seperti: pH
tinggi (suasana basa), pH rendah (suasana asam), kelembaban udara yang tinggi, dan keberadaan
air maka semuanya akan mampu sebagai katalisator proses perkaratan.
3.
Perlindungan katodik
Prinsip perlindungan katodik adalah membuat
bahan yang akan dilindungi ditempatkan sebagai katoda, dan bahan lain yang akan
dikorbankan ditempatkan sebagai anoda. Dengan kontrol arus kita dapat
mendeteksi apakah anoda masih berfungsi atau tidak.
Secara mudah perlindungan
katodik yang sering dilakukan 2 macam cara yaitu:
a.
Metoda Anoda Tumbal/ korban (Sacrificial Anode Method) dan b. Metoda Arus Terpasang (Impressed Current Method). Kedua cara ini, kontrol arus harus selalu
dilakukan agar logam yang dilindungi (sebagai katoda) tetap terjaga dan tetap
utuh. Oleh karenanya metoda ini dikenal sebagai perlindungan katodik.
4. Memperkecil
katalisator dalam sistem.
Proses reduksi- oksidasi yang ada sering dapat semakin cepat terjadi,
hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor seperti berikut: pH rendah (suasana asam), pH
tinggi (suasana basa), oksigen, kelembaban udara yang tinggi, adanya oksidator
atau reduktor. Semua faktor yang mampu mempercepat laju korosi, sering
disebut katalisator.
BAB IV
KESIMPULAN
Korosi atmosferik merupakan hasil interaksi logam dengan atmosfer ambient
di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan oksigen di udara. Sedangkan Korosi Basah adalah korosi yang terjadi
pada lingkungan elektrolit(air) yang merupakan proses elektrokimia.
Penanganannya hampir
sama, yaitu dengan :
1.
Pelapisan (Coating)
2.
Pemilihan bahan (logam)
3.
Perlindungan katodik
4.
Memperkecil katalisator dalam sistem
DAFTAR PUSTAKA
Purwadaria, Sunara, Ir.,Dr.,(1996),
“Mekanisme Proteksi Katodik dan Kriteria Proteksi”, Diklat Proteksi Katodik,
Kelompok Studi Korosi, Lembaga Penelitian ITB, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar