Selasa, 05 April 2016

Korosi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Orang  cenderung  berpikir  bahwa  globalisasi  itu  merupakan  suatu  phenomena baru.  Namun  demikian  phenomena  ini  sudah  dibangun  secara  progresif  sejak beberapa abad yang lalu sejak manusia melintasi dunia.
Ada  beberapa  definisi  globalisasi  yang  berbeda,  kebanyakan  orang memandangnya  sebagai  fenomena  ekonomi,  melibatkan  peningkatan  interaksi,keterpaduan,  sistem  ekonomi  nasional  melalui  pertumbuhan  perdagangan internasional, investasi dan aliran modal, namun ada juga yang menganggapnya sebagai  peningkatan  yang  terjadi  dengan  cepat  dalam  pertukaran  teknologi, sosial, dan budaya lintas negara sebagai bagian dari globalisasi. Kebanyakan  definisi  globalisasi  diartikan  sebagai  perpindahan  orang,  barang, modal  dan berfikir-berfikir  yang  sepadan  dan  mengakibatkan  terjadinya peningkatan  ekonomi  terpadu  yang  pada gilirannya  dipicu  oleh  peningkatan perdagangan  dan  investasi.Hal  seperti  ini  terus  menerus  maju  dalam  kehidupan di dunia tanpa batas.
Baru-baru  ini  kegiatan  globalisasi  meningkat  secara  dramatis.  Pesawat  terbang jet,  pelayanan  telepon  yang  murah,  e-mail,  komputer,  aliran  permodalan  yang cepat,  semua  ini  telah  membuat  dunia  lebih  saling  bergantung  kepada  pihak  lain dibandingkan  sebelumnya.  Sebagai  contoh  perusahaan  multinasional memproduksi produk mereka dibeberapa negara dan menjual kepada konsumen diseluruh  dunia.  Uang,  teknolologi  dan  bahan  mentah lebih  mudah  bergerak melintasi batas negara.
Globalisasi juga menimbulkan  persaingan  yang  ketat  diantara  perusahaan–perusahaan  untuk mendapatkan pangsa  pasar  yang  dibidiknya. Dengan  adanya  globalisasi  maka didunia  usaha  mau  tidak  mau  didorong  untuk  mencapai  suatu  organisasi perusahaan  yang  efektif  dan  efisien. Keefektifan  dan  keefisienan  dalam  suatu perusahaan sangat diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat memiliki daya  saing  maupun  keunggulan  lebih  dari  para  pesaing,  sehingga  perusahaan dapat bertahan dalam dunia persaingan yang ketat.
Untuk dapat bersaing dengan industri yang sejenis lainnya, perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitifyang sangat sulit ditiru,  yang hanya akan  diperoleh  dari  karyawan  yang  produktif,  kreatif  dan  inovatif,  kreatif selalu  bersemangat  dan  loyal.  Karyawan  yang  mempunyai  kriteria  seperti  itu hanya  akan  dimiliki  melalui  penerapan  konsep  dan  tekhnik  manajemen sumber  daya  manusia  yang  tepat  dengan  semangat  kerja  yang  tinggi  serta pemimpin  yang  efektif  dan  lingkungan  kerja  yang  mendukung.  Faktor-faktor yang  dapat  digunakan  untuk  meningkatkan  produktivitas    kerja  karyawan, diantaranya kepemimpinan,motivasi dan lingkungan kerja. Seperti itulah contoh hubungan globalisasi dengan daya saing dan produktivitas dalam lingkup perusahaan.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hubungan antara globalisasi dengan daya saing dan produktivitas ?

1.3    Tujuan
1.      Untuk mengetahui hubungan antara globalisasi dengan daya saing dan produktivitas

















BAB II
LANDASAN TEORI
1.1     Pengertian Korosi
          Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektro kimia dengan lingkungannya. Definisi lain dari korosi adalah perusakan atau penurunan mutu dari material akibat bereaksi dengan lingkungan dalam hal ini adalah interaksi secara kimiawi. Sedangkan penurunan mutu yang diakibatkan interaksi secara fisik bukan disebut korosi, namun biasa dikenal sebagai erosi dan keausan. Contoh korosi antara lain: karat besi dan paduannya pada temperatur kamar, kerak baja pada temperatur tinggi, noda pada perak, dan lain sebagainya.
                 Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian.
                 Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya proses reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut :
     Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e} x 2
     Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e → 2 H2O(l) +
     Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)
Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses korosi ini, ,yaitu E0 sel = +1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimana ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi (III) oksida :
4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh migrasi elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam. Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu :
     O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)
                 Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini sehingga sulit berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera ditangkap oleh garam kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks stabil biru. Lingkungan basa tersedia karena kompleks kalium heksasianoferat (III). Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.
                        Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektronelektron yang tertinggal pada logam.
                        Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-negara maju sekalipun, masalah ini secara ilmiah belum tuntas terjawab hingga saat ini. Selain merupakan masalah ilmu permukaan yang merupakan kajian dan perlu ditangani secara fisika, korosi juga menyangkut kinetika reaksi yang menjadi wilayah kajian para ahli kimia. Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena menyangkut umur, penyusutan dan efisiensi pemakaian suatu bahan maupun peralatan dalam kegiatan industri. Milyaran Dolas AS telah dibelanjakan setiap tahunnya untuk merawat jembatan, peralatan perkantoran, kendaraan bermotor, mesin-mesin industri serta peralatan elektronik lainnya agar umur konstruksinya dapat bertahan lebih lama. Banyak negara telah berusaha menghitung biaya korosi nasional dengan cara yang berbeda-beda, umumnya jatuh pada nilai yang berkisar antara 1,5 – 5,0 persen dari GNP. Para praktisi saat ini cenderung sepakat untuk menetapkan biaya korosi sekitar 3,5 persen dari GNP. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.
1.2     Penyebab Korosi
                 Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.
1.3     Kerugian dan Keuntungan Akibat Korosi
2.3.1 Kerugian Korosi
                 1. Adanya kerugian teknis dan depresiasi
                 2. Menurunnya efisiensi
                 3. Menurunnya kekuatan konstruksi
                 4. Apperance yang buruk
                 5. Karat merupakan polusi dan menambah biaya maintenance
2.3.2 Keuntungan Korosi
                 1. Adanya pabrik cat (coating)
                 2. Adanya pekerjaan cathodic protection
1.4     Penanggulangan Korosi
     1.         Melapis permukaan logam dengan cat.
     2.         Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau Electroplating.
     3.         Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti Anodizing Plant.
     4.         Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban.
     5.         Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.
                             Dari metoda-metoda pelapisan tersebut, masing masing mempunyai keunggulan dan kekurangan. Melapis logam dengan cat merupakan cara yang paling mudah dan murah, tetapi paling cepat rusak daya tahannya. Sedangkan membuat logam paduan adalah cara yang paling rumit dan mahal, tetapi daya tahannya paling bagus. Logam paduan juga ditujukan untuk hal hal lain seperti membuat logam yang kuat tapi ringan, atau logam yang keras tapi getas seperti baja dan sebagainya.
                             Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan elektronik menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industri.
1.5     Pengendalian Korosi
     1.         Perancangan geometris alat atau benda kerja
     2.         Pemilihan bahan yang sesuai dengan lingkungan
   3.         Pelapisan dengan bahan lain lain untuk mengisolasi bahan dari lingkungan, atau coating
     4.         Pemberian bahan kimia pada media mengalir yang dapat menghambat korosi, atau inhibisi
     5.         Proteksi katodik yaitu memasok arus negatif ke badan benda kerja agar terhindar dari reaksi oksidasi oleh lingkungan
     6.         Inspeksi rutin terhadap kinerja semua upaya proteksi yang dilakukan
     7.         Pemeliharaan kebersihan.
                 Pengendalian korosi pada peralatan elektronik dapat dilakukan melalui pengendalian lingkungan atau ruangan di mana peralatan tersebut ditempatkan. Penanganan masalah korosi berkaitan dengan perawatan dan perbaikan fasilitas produksi serta peralatan penunjang lainnya. Kegiatan ini harus dapat mengidentifikasi, mengantisipasi dan menangani masalah korosi pada alat, mesin dan fasilitas industri secara keseluruhan. Pemantauan korosi perlu dilakukan secara periodik. Upaya menghambat laju korosi harus terintegrasi dengan program perawatan dan perbaikan sehingga diperoleh hasil yang terbaik. Pengendalian laju korosi melalui pengendalian lingkungan umumnya dilakukan dengan menjaga kelembaban udara dan pengendalian keasaman lingkungan. Namun pengendalian lingkungan ini hanya mungkin dilakukan untuk peralatan yang berada dalam suatu ruangan, dan tidak mungkin dilakukan terhadap fasilitas yang berinteraksi langsung dengan lingkungan di luar ruangan. Upaya pengendalian korosi ini harus melibatkan semua fihak yang terlibat dalam pengoperasian alat, mesin, instalasi serta fasilitas lainnya. Masalah korosi dan upaya pengendaliannya perlu diperkenalkan kepada seluruh jajaran direksi dan karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan industri. Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya pengendalian korosi peralatan elektronik, antara lain adalah :
·         Menyimpan bahan-bahan korosif sebaik mungkin sehingga terjadinya kebocoran, penguapan serta pelepasan ke lingkungan dapat dihindari. Pengecekan bejana penyimpan bahan kimia korosif yang mudah menguap perlu dilakukan secara periodik, sehingga adanya kebocoran bahan tersebut segera dikenali dan dapat diambil tindakan sedini mungkin untuk menghindari efek yang lebih luas. 
·         Melakukan pemeliharaan rumah tangga perusahaan secara baik termasuk ketertiban dan kebersihan dalam perusahaan.
·         Pengoperasian alat dehumidifier untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruangan yang di dalamnya menyimpan peralatan elektronik mahal dan rentan terhadap serangan korosi. Peralatan-peralatan elektronik yang rawan terhadap pengaruh korosi perlu disimpan di ruang tertutup, jauh dari kemungkinan pencemaran udara akibat terlepasnya bahan-bahan korosif ke lingkungan. 
·         Menutup alat sewaktu tidak dipergunakan untuk menghindari masuknya debu-debu ke dalam alat. Perlu diketahui bahwa debu dapat tertempeli polutan korosif yang apabila terbang terbawa udara dapat masuk ke dalam alat dan menempelkan dirinya ke permukaan komponen-komponen elektronik di dalam alat tersebut.












BAB III
PEMBAHASAN
3.1      Pengertian Korosi Atmosferik
                                    Tanpa disadari, setiap hari kita berurusan dengan korosi atmosferik, misalnya karat pada pagar, mobil, atau peralatan rumah tangga lainnya. Korosi atmosferik merupakan hasil interaksi logam dengan atmosfer ambient di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan oksigen di udara, dan diperparah dengan adanya polutan seperti gas-gas atau garam-garam yang terkandung di udara.
Atmosfer yang berpengaruh pada korosi atmosferik dapat dikategorikan menjadi:
·         Rural. Daerah rural paling tidak korosif karena hanya mengandung sedikit polutan, dan lebih banyak dipengaruhi oleh embun, oksigen dan CO2.
·         Urban. Bahan korosif pada daerah urban adalah SOx dan NOx yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dan sedikit aktivitas industri.
·         Industri. Kondisi atmosfer daerah industri sangat berkaitan dengan polutan yang dihasilkan oleh industri, seperti SO2, klorida, phospat dan nitrat.
·         Pantai/laut. Pantai/laut merupakan daerah paling korosif, karena atmosfernya mengandung partikel klorida yang bersifat agresif dann mempercepat laju korosi.
                                  Peralatan industri minyak bumi (misalnya anjungan produksi, kilang minyak, tangki timbun, sistem perpipaan, kapal tanker) umumnya berada di daerah industri atau laut atau gabungan keduanya, di mana kondisi atmosfer mengandung polutan-polutan yang korosif berupa sulfur dan klorida, sehingga peralatan tersebut sangat rawan terhadap serangan korosi atmosferik. Apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat, dampak korosi atmosferik dapat berakibat mulai dari kegagalan peralatan hingga membahayakan keselamatan pekerja, misalnya tiang anjungan produksi lepas pantai yang keropos.


3.2      Mekanisme Korosi Atmosferik
Proses terjadinya korosi atmosferik dimulai dari pengembunan uap air di permukaan logam yang membentuk lapisan tipis (lapisan film elektrolit). Lapisan tipis air ini kemudian melarutkan partikel-partikel dan gas dari udara ambien, dan bertindak sebagai elektrolit tempat terjadinya reaksi korosi.

3.3      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Korosi Atmosferik
                                  Korosi atmosferik sangat dipengaruhi kondisi cuaca lokal, sehingga tidak ada dua tempat di dunia ini yang memiliki karakteristik korosi atmosferik yang sama satu dengan yang lain. Parameter atmosfer yang sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah kelembaban udara relatif, temperatur, curah hujan, arah dan kecepatan angin, serta kandungan polutan dalam udara ambien.
                                  Polutan yang sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah SO2 dan ion klorida, sehingga kadar SO2 dan salinitas udara (kandungan klorida) di udara digunakan sebagai basis dalam menentukan kategori korosivitas atmosfer pada suatu lokasi/lingkungan berdasarkan ISO 9223. SO2 berasal dari polusi industri, yang jika terlarut dalam larutan akuatik di permukaan logam akan membentuk H2S dan/atau H2SO4 yang akan mempercepat laju korosi atmosferik. Ion klorida dalam salinitas udara akan terlarut pada lapisan tipis air di permukaan air dan kemudian menyerang logam, sehingga efeknya adalah peningkatan laju korosi di permukaan logam. Apabila suatu lingkungan memiliki kadar SO2 dan ion klorida sangat tinggi, seperti daerah industri di tepi laut, maka dapat diperkirakan daerah tersebut akan memiliki karakter atmosfer dengan laju korosi atmosferik yang sangat tinggi.
3.4      Pengamatan Korosi Atmosferik
                                  Korosi atmosferik pada dasarnya diamati dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu dengan mengukur parameter atmosferik, serta exposure test menggunakan sampel logam. Data parameter atmosferik, seperti kelembaban udara relatif, temperatur ambien, curah hujan, dan kadar polutan (misalnya kadar SO2 dan ion klorida di udara) dapat diperoleh melalui pengukuran di udara ambien. Selanjutnya laju korosi untuk masing-masing logam diketahui dengan mengidentifikasi data exposure test dari masing-masing lingkungan (rural, laut/pantai, industri). Dari hasil pengamatan tersebut, dapat diketahui jenis logam yang sesuai untuk lingkungan tertentu. Lebih jauh lagi, dapat diturunkan suatu persamaan matematis antara parameter atmosferik dengan laju korosi logam yang terukur saat exposure test.
                                  Salah satu metode yang umum digunakan untuk pengamatan korosi atmosferik adalah metode mengikuti standar ISO. Dari hasil pengamatan yang dilakukan sesuai standar ISO 9225 dan 9226, dapat dilakukan klasifikasi korosi di lingkungan sesuai standar ISO 9223 dan selanjutnya dapat menentukan material yang cocok dengan kondisi atmosferik setempat serta menentukan metode pengendalian korosi yang sesuai. Metode lain yang dapat juga digunakan untuk pengamatan korosi atmosferik adalah PACER LIME, yang dikembangkan untuk manajemen perawatan sistem struktur pesawat terbang.
                                  Jika tidak tersedia korelasi antara laju korosi atmosferik dengan parameter atmosferik (karena umumnya korelasi atau data korosi berdasarkan atmosferik jarang dijumpai), maka kerusakan akibat korosi atmosferik harus diperkirakan dengan pengukuran langsung. Cara termudah untuk melakukan pengukuran korosi atmosferik adalah dengan metode kupon. Dari hasil paparan, dapat dianalisa untuk kehilangan berat, densitas dan kedalaman pit, dan analisa-analisa lain. Tipe kupon yang biasa digunakan adalah kupon panel datar yang dipaparkan pada rak paparan. Jenis spesimen lain yang biasa digunakan juga adalah U-bend atau C-ring untuk mempelajari SCC pada lingkungan atmosferik yang diamati.
                                  Kelemahan untuk metode kupon yang konvensional adalah memerlukan waktu paparan yang sangat panjang untuk memperoleh data yang sah; tidak jarang waktu paparan dapat mencapai 20 tahun atau lebih. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan beberapa variasi spesimen kupon, seperti helical coil (sesuai dengan ISO 9226). Kelebihan dari helical coil adalah rasio luas berbanding berat yang lebih tinggi daripada kupon panel akan memberikan sensitivitas pengukuran laju korosi yang lebih baik.
Jenis spesimen lain yang dapat digunakan adalah bimetalic specimen, di mana kawat dililitkan pada sekrup dari jenis logam yang berbeda. Spesimen ini digunakan pada uji CLIMAT (Classify Industrial and Marine Atmosphere) dan akan memberikan sensitivitas pengukuran yang lebih baik. Umumnya spesimen yang digunakan adalah kawat aluminium yang dililitkan pada sekrup tembaga dan baja, karena kombinasi logam-logam ini memberikan sensitivitas pengukuran tertinggi untuk lingkungan industri dan laut/pantai. Pada tes ini, indeks korosivitas atmosferik ditentukan sebagai persen kehilangan massa pada kawat aluminium.
3.5      Pengendalian Korosi Atmosferik
                                    Hanya ada 2 metoda yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan korosi atmosferik, yaitu coating dan pemilihan material yang sesuai, atau gabungan keduanya. Dari hasil penentuan karakteristik atmosfer dan pengukuran laju korosi di tempat peralatan industri minyak bumi berada atau akan dibangun, dapat ditentukan jenis material dan coating yang sesuai untuk membangun konstruksi peralatan yang tahan terhadap korosi atmosferik. Penentuan ini tentunya juga mempertimbangkan faktor biaya dan keekonomian. Dari hasil analisis, seringkali terjadi penggunaan logam yang tidak terlalu tahan korosi atmosfer (misalnya baja karbon) namun dilindungi sistem coating lebih ekonomis daripada baja paduan yang tahan korosi namun tidak dilindungi sistem coating.

3.6      Pengertian Korosi Basah
Terkorosinya suatu logam dalam lingkungan elektrolit (air) adalah proses elektrokimia. Proses ini terjadi bila  ada  reaksi setengah sel  yang  melepaskan  elektron  dan  reaksi  setengah  yang  menerima  elektron  tersebut. Kedua  reaksi  ini  akan  terus  berlangsung  sampai  terjadi  kesetimbangan  dinamis dimana jumlahh elektron yang dilepas sama dengan jumlah olektron yang diterima.
Adapun syarat-syarat dimana proses dapat terjadi :
a.  Anoda, tempat terjadinya reaksi oksida dimana ion negatif berkumpul.
                        b.  Katoda, tempat terjadi reaksi reduksi dimana ion positif berkumpul.
                        c.  Media elektrolit, sebagai penghantar elektron anatara katoda dan
                            anoda. Bersifat menghantarkan listrik.
                        d.  Adanya arus akibat pengerakan elektron.
3.7      Mekanisme Korosi Basah
                        Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Reaksi elektrokimia melibatkan  perpindahan  elektron-elektron.  Perpindahan  elektron  merupakan  hasil reaksi  redoks  (reduksi-oksidasi).  Mekanisme  korosi  melalui  reaksi  elektrokimia melibatkan  reaksi  anodic  di  daerak anodic.  Reaksi anodic (oksidasi)  diindikasikan melalui  peningkatan  valensi  atau  produk  elektron-elektron.  Reaksi  anodik  yang terjadi pada proses korosi logam yaitu:
M → Mn + + ne
Proses  korosi  dari  logam  M  adalah  proses  oksidasi  logam  menjadi  satu  ion  (n+) dalam  pelepasan  elektron.  Harga  dari  n  bergantung  dari  sifat  logam  sebagai  contoh
besi:
Fe → Fe2+ + 2e     E0 = 0.44 V
dilanjutkan dengan reduksi gas Oksigen;
O2 + H2O + 4e → 4OH-   E0 = 0.40 V
Kedua  reaksi  menghasilkan  potensial  reaksi  yang  positif  (E  =  0.84  V)  menunjukan bahwa  reaksi  ini  dapat  terjadi.  Jika  proses  ini  dalam  suasana  asam  maka,  proses oksidasinya adalah:
O2 + 4 H+ + 4e → 2 H2O   E0 = 1.23 V
dan potensial reaksinya semakin besar yaitu:
E = (0.44 + 1.23) = 1.63 Volt.
Dengan kata lain proses korosi besi akan lebih mudah terjadi dalam suasana asam. Pada logam yang sama, salah satu bagian permukaannya dapat menjadi anoda dan  bagian  permukaan  lainnya  menjadi  katoda.  Hal  ini  bisa  saja  terjadi  karena kemungkinan  logam  terdiri  dari  phase  yang  berbeda,  karena  permukaan  logam dilapisi  dengan  kondisi coating  yang  berbeda,  atau  karena  di  permukaan  logam terdapat lebih dari satu macam elektrolit.
3.8      Penanganan Korosi Basah
Untuk memperlambat korosi basah, ada beberapa cara yang bisa ditempuh, yaitu:
1.                   Pelapisan logam, 2. Pengecatan, 3. Perlindungan katodik, dan 4. Memperkecil katalisator dalam system.
1.                   Pelapisan logam
            Prinsip pelapisan logam adalah menghambat reaksi oksidasi logam yang akan dilindungi. Jadi pada proes ini logam yang akan dilindungi harus dilapisi dengan logam yang sukar mengalami oksidasi.  Contoh dalam kehidupan sehari- hari seperti: melapisi besi dengan emas, melapisi besi dengan krom, melapisi besi dengan perak, melapisi besi dengan titanium, dll.
           Ada beberapa macam teknik pelapisan logam,yaitu: 1. Penyepuhan/ penyalutan listrik/ electroplating, 2. Pencelupan Panas (Hot Dipping), 3. Pelapisan Dengan Penyemprotan, 4. Pelapisan Dengan Penempelan (Clad Coating) dan 5. Pelapisan Difusi. Pemilihan pelapisannya sangat tergantung dari jenis logam,  kegunaan, dan tingkat kebutuhannya.
2.                   Pengecatan
   Pengecatan bertujuan untuk memisahkan dari logam dan lingkungannya.
Pengecatan yang baik adalah mampu menutup semua pori logam yang ada, sehingga peluang oksigen dan air untuk masuk kerongga logam besi akan bisa dihindari. Untuk hal ini sering digunakan cat, selaput organic, vernis, lapisan logam, dan enamel.
        Jika pori- pori logam yang ada tidak tertutup, maka akan terjadi reaksi seperti berikut:
         Fe       +  O2                         Fe O
         Fe       +  O2                         Fe2 O3
Apalagi dalam suasana yang mendukung seperti:  pH tinggi (suasana basa), pH rendah (suasana asam),  kelembaban udara yang tinggi, dan keberadaan air maka semuanya akan mampu sebagai katalisator proses perkaratan.
3.                   Perlindungan katodik
           Prinsip perlindungan katodik adalah membuat bahan yang akan dilindungi ditempatkan sebagai katoda, dan bahan lain yang akan dikorbankan ditempatkan sebagai anoda. Dengan kontrol arus kita dapat mendeteksi apakah anoda masih berfungsi atau tidak.  
            Secara mudah perlindungan katodik yang sering dilakukan 2 macam cara yaitu:
a.                   Metoda Anoda Tumbal/ korban (Sacrificial Anode Method) dan b. Metoda Arus Terpasang (Impressed Current Method). Kedua cara ini, kontrol arus harus selalu dilakukan agar logam yang dilindungi (sebagai katoda) tetap terjaga dan tetap utuh. Oleh karenanya metoda ini dikenal sebagai perlindungan katodik.
4. Memperkecil katalisator dalam sistem.
         Proses reduksi- oksidasi yang ada sering dapat semakin cepat terjadi, hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor  seperti berikut: pH rendah (suasana asam), pH tinggi (suasana basa), oksigen, kelembaban udara yang tinggi, adanya oksidator atau reduktor. Semua faktor yang mampu mempercepat laju korosi, sering disebut katalisator.














BAB IV
KESIMPULAN
                        Korosi atmosferik merupakan hasil interaksi logam dengan atmosfer ambient di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan oksigen di udara. Sedangkan Korosi Basah adalah korosi yang terjadi pada lingkungan elektrolit(air) yang merupakan proses elektrokimia.
                        Penanganannya hampir sama, yaitu dengan :
1. Pelapisan (Coating)
2. Pemilihan bahan (logam)
3. Perlindungan katodik
4. Memperkecil katalisator dalam sistem











DAFTAR PUSTAKA
Purwadaria, Sunara, Ir.,Dr.,(1996), “Mekanisme Proteksi Katodik dan Kriteria Proteksi”, Diklat Proteksi Katodik, Kelompok Studi Korosi, Lembaga Penelitian ITB, Bandung.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar