BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kaca merupakan benda yang sering kita jumpai di
kehidupan sehari-hari. Kaca banyak sekali di gunakan dalam sifat-fatnya yang
khas, yaitu transparan, tahan terhadap serangan kimia, efektif sebagai isolator
listrik, dan mampu menahan vacum. Tetapi kaca adalah bahan yang rapuh dan
secara khas mempunyai kekuatan kompresi lebih tinggi dari kekuatan tariknya.
Salah satu rujukan yang paling tua mengenai bahan ini di buat oleh pliny, yang
menceritakan bagaimana pedagang-pedagang Phonesia purba menemukan kaca tatkala
memasak makanan. Periuk yang digunakan secara tidak sengaja diletakan di atas
massa trona di suatu pantai, penyatuan yang terjadi antara pasir dan
alkali menarik perhatian dan orang kemudian berusaha menirunya.
Sejak tahun 6000 atau 5000 sebelum Masehi, orang
Mesir telah membuat permata tiruan dari kaca dengan ketrampilan yang halus dan
keindahan yang mengesankan. Kaca jendela sudah mulai di sebut-sebut sejak tahun
290. Ibnu Firnas dikenal sebagai ilmuwan pertama yang memproduksi kaca dari
pasir dan batu-batuan. Pada abad ke-8 M, ahli kimia itu secara
mengejutkan telah menjelaskan tak kurang dari 58 resep orisinil untuk
memproduksi gelas atau kaca berwarna. Rumus pembuatan kaca berwarna itu
dituliskannya dalam dua kitab yang dituliskannya selama hidup. Dalam Kitab
al-Durra al-Maknuna atau The Book of the Hidden Pearl dan 12 resep atau rumus
pembuatan kaca atau gelas lainnya dipaparkan Ibnu Hayyan dalam Kitab
Al-Marrakishi.
Silinder kaca jendela tiup ditemukan oleh para
pendeta pada abad ke-12. Dalam abad tengah, Venesia memegang monopoli sebagai
pusat industi kaca. Di Jerman dan inggris, kaca baru mulai dibuat pada abad
ke-16. Secara keseluruhan sebelum tahun 1900, industri ini merupakan seni yang
dilengkapi oleh rumus-rumus rahasia yang dijaga ketat.
Pada
tahun 1914, di Belgia di kembangkan proses fourcault yang menarik kaca plat
secara kontinyu. Selama 50 tahun berikutnya, para insinyur dan ilmuwan
telah berhasil berbagai modifikasi terhadap proses penarikan kaca dengan tujuan
untuk memperkecil distorsi optik kaca lembaran (kaca jendela) dan menurunkan
biaya pembuatan kaca lembaran gosok dan poles.
Dari segi fisika kaca adalah zat cair yang sangat
dingin dan tidak mempunyai titik cair tertentu serta mempunyai viskositas
cukup tinggi sehingga tidak megalami kristalisasi. Hal ini terjadi karena
struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan dan pendinginan
(cooling) terjadi sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak
“sempat” menyusun diri secara teratur.
Sedangkan dari segi kimia, kaca adalah gabungan
berbagai oksida anorganik yang tak mudah menguap, yang dihasilkan dari
dekomposisisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta
berbagai penyusun lainnya sehingga menghasilkan produk yang mengahasilkan
struktur atom yang acak. Kaca adalah pruduk yang mengalami vitrifikasi
sempurna, atau setidak-tidaknya produk yang mengandung amat sedikit bahan
nonvitreo dalam keadaan suspensi.
Kaca atau gelas merupakan materi bening dan transparan
(tembus pandang) yang biasanya di hasilkan dari campuran silikonatau
bahan silikon dioksida (SiO2), yang secara kimia sama
dengan kuarsa. Kaca memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan
golongan keramik lainnya. Kekhasan sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi
oleh keunikan silika (SiO2) dan proses pembentukannya.
B. Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk
menambah wawasan mengenai industri kaca
2. Untuk
mengenal dan memahami proses manufaktur dari industri kaca
BAB II
ISI
A. Definisi
Menurut Adams dan Williamson, kaca adalah material
amorf yang pada suhu biasa mempunyai bentuk yang keras, tetapi apabila
dipanaskan, lama kelamaan akan menjadi lunak, sesuai dengan suhu yang meningkat
dan akhirnya menjadi kental hingga mencapai keadaan cair. Selama proses
pendinginan terjadi proses yang berkebalikan dengan proses peleburan kaca. Kaca
atau gelas merupakan bahan pecah belah, biasanya terbentuk apabila bahan cair
tidak berkristal didinginkan dengan cepat, dengan itu tidak memberikan cukup
waktu untuk jaringan kekisi kristal biasa terbentuk. Kaca atau gelas termasuk
kelompok vitroida atau termogel, yang merupakan senyawa kimia dengan susunan
yang kompleks.
Senyawa tersebut diperoleh dengan membekukan lelehan
yang lewat dingin. Kaca atau gelas ialah produk yang amorf dan bening dengan
kekerasan dan elastisitas yang cukup, tetapi sangat rapuh. Seperti yang telah
dijelaskan di bab sebelumnya bahwa kaca atau gelas apabila dipandang dari segi
fisika merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur
partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair
namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan
(cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak “sempat”
menyusun diri secara teratur. Dari segi kimia, kaca adalah gabungan dari
berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap, yang dihasilkan dari
dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai
penyusun lainnya.
Walaupun terdapat ribuan macam formulasi kaca yang
di kembangkan dalam 30 tahun terakhir namum perlu di catat bahwa pasir kaca,
gamping, silika, dan soda masih merupakan bahan baku dari 90 persen dari
seluruh kaca yang di produksi di dunia. Kaca dibuat dari campuran 75% silikon
dioksida (SiO2),
Na2O,
CaO, dan beberapa zat tambahan. Suhu lelehnya adalah 2.000 derajat Celsius.
Bahan-bahan pembuat kaca di antaranya adalah:
1. Pasir (SiO2)
Pasir yang di gunakan haruslah kuarsa yang
hampir murni (99.1 – 99.7 %). Silikon (IV) oksida ialah molekul kovalen
raksasa. Oleh karena itu, silicon (IV) oksida memerlukan banyak tenaga haba
untuk mengatasi setiap ikatan kovalen antara atom dalam struktur raksasa. Maka,
silicon (IV) oksida mempunyai titik lebur yang sangat tinggi, yaitu 1710 oC.
Dalam silicon (IV) oksida, setiap atom silikon diikat secara kovalen kepada 4
atom oksigen dalam bentuk tetrahedron dengan sudut antara ikatan 109.5 . Unit
itu diulangi secara tidak terhingga dengan setiap atom oksigen terikat kepada 2
atom silikon untuk membentuk molekul kovalen raksasa seperti struktur berlian.
Sifat pasir ini adalah dapat tembus
cahaya, sehingga lebih banyak digunakan untuk pembuatan alat-alat optik. Oleh
karena itu lokasi pabrik kaca biasanya ditentukan oleh lokasi endapan pasir
kaca, kandungan besinya tidak boleh melebihi 0,45 % untuk barang gelas pecah
belah atau 0,015 % untuk kaca optik, sebab kandungan besi ini bersifat merusak
warna kaca pada umumnya. Ukuran partikel silika sand sangat berpengaruh
pada temperatur di furnace. Jika ukuran partikel besar maka membutuhkan banyak
waktu untuk melebur silika sand maka sebelum diolah silika sand harus diayak
sehingga didapat butiran partikel yang lebih halus.
Pasir ini berguna untuk membentuk cairan gelas yang
sangat kental yang memiliki ketahanan terhadap perubahan temperatur yang
mendadak. Pasir kuarsa ini terdapat di beberapa tempat di Indonesia, di
antaranya: Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, pulau Bangka dan Belitung, pulau
Jawa, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua.
2. Dolomite ( CaO.MgO.H2O)
Dolomite merupakan variasi batu gamping yang
mengandung <50 % karbonat. Dolomite mempunyai struktur kristal rhombohedral
yang mempunyai komposisi kimia CaMg(CaCO3)2 atau
manganodolomit dan berkomposisi MgFe(CaCO3)2 atau
ferrodolomit.
Dolomite ini biasanya berupa mineral tambang
berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan. kekerasan 3,5 – 4, berifat
pejal, berat jenis 2,8 – 2,9, berbutir halus-kasar, mudah menyerap air, mudah
dihancurkan. Penggunaan dolomite sangat penting karena dapat mempermudah
peleburan (menurunkan temperatur peleburan) serta mempercepat proses
pendinginan kaca. Pemanasan dolomite menghasilkan CaO dan MgO. Fungsi dari
MgO adalah untuk menurunkan viskositas kaca pada temperatur tinggi
CaCO3 <=> CaO
+ CO2
MgCO3 <=> MgO
+ CO2
3. Soda Abu (Na2CO3) dan
Soda (Na2O)
Soda ash (Na2CO3) digunakan
karena kita memerlukan kaca yang bebas dari ion chlor dan sejenis (golongan
halogen) sedangkan sumber natriumnya mayoritas berasal dari garam NaCl. Soda
ash dipakai dalam kaca akan membentuk oksidaNa2O dan K2O dimana
total Na2O dan K2O disebut R2O. Soda
ash merupakan material yang memiliki sifat garam. Soda mengandung sodium atau
natrium, yang merupakan golongan alkali, yang memiliki 1 ion +. Soda merupakan
pereaksi kuat, sangat kuat bereaksi dengan ion lain. Sifat soda akan
melembekkan material atau softening. Secara umum, penggunaan soda ash
adalah mempercepat pembakaran, menurunkan titik lebur, mempermudah pembersihan
gelembung dan mengoksidasi besi.
4. Cullet
Cullet merupakan sisa-sisa dari pecahan kaca yang
dapat digunakan sebagai bahan baku utama dari produksi kaca. Tujuan dari
penggunaan cullet ini adalah mengurangi bahan utama lainnya sehingga biaya
produksi dapat semakin kecil, selain itu cullet ini dapat memperkecil melting
point dari pembuatan kaca, sehingga dapat menghemat penggunaan bahan
bakar. Cullet yang diumpankan sebanyak 25% dari total bahan baku.
5. Feldspar
Feldspar mempunyai rumus umum R2O. Al2O3.6SiO2,
dimana R2O dapat berupa Na2O atau K2O atau
campuran keduanya. Feldspar ditemukan pada batuan beku, batuan erupsi dan
metamorfosa, baik bersifat asam maupun basa. Feldspar mempunyai nilai kekesaran
6 – 6,5 skala Mosh, berat jenis 2,4 – 2,8, warna dari putih keabu-abuan, merah
jambu, coklat, kuning dan hijau.
Sebagai
sumber Al2O3, feldspar mempunyai banyak keunggulan
dibanding produk lain, karena murah, murni, dan dapat dilebur. Dan seluruhnya
terdiri dari oksida pembentuk kaca. Al2O3 sendiri digunakan
hanya bila biaya tidak merupakan masalah. Feldspar juga merupakan sumber Na2O
atau K2O dan SiO2. Kandungan aluminanya dapat menurunkan
melting point kaca dan memperlambat terjadinya devitrifikasi. Mutu
feldspar ditentukan oleh kandungan oksida kimia K2O dan Na2O
yang relatif tinggi diatas 6%, oksida Fe2O3 dan TiO2 . Feldspar
mengandung 72 % SiO2, 12 %Al2O3, 8 % K2O
dan 2 % Fe2O3
6. Borax
Borax adalah bahan campuran yang menambahkan Na2O
dan boron oksida kepada kaca. Walaupun jarang dipakai dalam kaca jendela atau
kaca lembaran, boraks sekarang banyak digunakan didalam berbagai jenis kaca
pengemas. Ada pula kaca borax berindeks tinggi yang mempunyai nilai dispersi
lebih rendah dan indeks refraksi lebih tinggi dari semua kaca yang telah
dikenal. Kaca ini banyak digunakan sebagai kaca optik. Disamping daya fluksnya
yang kuat, boraks tidak saja bersifat menurunkan koefisien ekspansi tetapi juga
menungkatkan ketahanannya terhadap aksi kimia. Asam borat digunakan dalam
tumpak yang memerlukan hanya sedikit alkali.
Selain bahan utama, terdapat pula bahan penunjang
lainnya, yaitu bahan stabilizer, refining agent (penghilang gelembung),
penghilang warna, pewarna, dan opacifiers. Bahan stabilizer merupakan
bahan yang mampu menurunkan kelarutan di dalam air, tahan terhadap serangan
bahan kimia lain termasuk materi-materi lain yang terdapat di atmosfer. Contoh
bahan stabiliser yang biasa dipakai di industri gelas adalah:
1. Kalsium
Karbonat atau Limestone, membuat produk akhir menjadi tidak larut di dalam
air.
2. Barium
Karbonat, meningkatkan berat spesifik dan indeks bias.
3. Timbal
Oksida, membuat produk menjadi transparan, mengkilat, dan memiliki indeks bias
yang tinggi.
4. Seng
Oksida, membuat gelas tahan terhadap panas yang mendadak, memperbaiki
sifat-sifat fisik dan mekanik, dan meningkatkan indeks bias
5. Aluminium
oksida adalah sebuah senyawa
kimia dari aluminium dan oksigen, dengan rumus
kimia Al2O3 dan nama mineralnya adalah alumina.
Disini alumunium oksida berfungsi untuk meningkatkan viskositas gelas, kekuatan
fisik dan ketahanan terhadap bahan kimia.
6. Salt
cake yang mengandung 99% Na2SO4 berfungsi sebagai
fining agent, bahan pemurni kaca dari bubble. Salt cake berbentuk serbuk
halus dan merupakan sumber Na2O dan SO2. Sulfat ini harus
dipakai bersama karbon agar tereduksi menjadi sulfite.
7. Arsen
trioksida dapat pula ditambahkan untuk menghilangkan gelombang-gelombang dalam
kaca.
8. Nitrat,
baik dari natrium maupun kalium digunakan untuk mengoksidasi besi sehingga
tidak terlalu kelihatan pada kaca produk. Kalium nitrat atau karbonat digunakan
pada berbagai jenis kaca meja, kaca dekorasi, dan kaca optik. Sodium
Nitrate adalah sumber Na2 dan mencegah terbentuknya NiS pada kaca.
Adanya NiS pada kaca akan menyebabkan kaca pecah secara tiba-tiba
9. Blok
refraktori untuk industri kaca dikembangkan khusus berhubung dengan kondisi
yang hebat yang harus dialami dalam penggunaannya. Zirkon, alumina, mulit
(mullite), mulit aluminasinter dan zirkonia alumina-silika, alumina,
krom-alumina elektrokast banyak digunakan sebagai refraktor pada tangki kaca.
10. Mangan dioksida
(MnO2), logam Selenium (Se), atau nikel oksida (NiO) merupakan bahan
penghilang warna (decolorant) yang dapat menghilangkan warna karena kehadiran
senyawa besi oksida yang masuk bersama bahan baku.
11. Bahan pewarna dalam
kaca / gelas adalah oksida dari unsur transisi, terutama golongan pertama Tc,
V, Ca, Mn, Fe, Co, Ni, dan Cu. Warnanya dihasilkan dari absorbsi cahaya
frekuensi tertentu. Contoh NiO akan memberikan warna coklat pada larutan
natrium-timbal, dan menghasilkan heliotrope dalam kaca potas. Krom oksida akan
memberikan warna yang berkisar dari hijau sampai jingga.
B. Sifat-Sifat
Kaca
Beberapa sifat-sifat kaca secara umum adalah:
1. Padatan
amorf
2. Berwujud
padat tetapi susunan atomnya seperti pada zat cair
3. Tidak
memiliki titik lebur yang pasti
4. Mempunyai
viskositas cukup tinggi (lebih dari 1012Pa.s)
5. Transparan,
tahan terhadap serangan kimia, kecuali hidrogen fluorida)
6. Efektif
sebagai isolator
7. Mamppu
menahan vakum tetapi rapuh terhadap benturan
C. Jenis-jenis
Kaca
1. Kaca Forming. Jenis
kaca yang dilebur atau dipanaskan kemudian dicetak sesuai model
yang diinginkan.
2. Kaca Es. Jenis kaca ini agak buram
dan tidak terlalu tembus pandang,dengan warna umumnya netral atau putih,
tetapi ada juga yang warna-warni.
3. Kaca Melton. Permukaan kaca jenis ini
menghadirkan aneka ragam tekstur, hingga berbentuk dan agak timbul, atau tampak
seperti diukir.
4. Kaca Sand blasting. Jenis kaca ini agak
buram dengan tekstur permukaan halus dan warna agak ke abu-abuan.
5. Kaca Patri. Kaca ini dirakit dengan
timah atau kuningan yang membentuk sebuah desain dengan sistem patrian.
Kaca Patri atau Stained Glass banyak menghiasi rumah ibadah seperti masjid
dan gereja, juga rumah pribadi. Permukaan kaca ini tampak seperti dilukis
warna-warni, hingga membiaskan warna ke dalam ruangan bila diterpa sinar
mentari keindahannya juga akan tampak pada malam hari dengan pantulan sinar
lampu dari dalam bangunan atau rumah.
6. Kaca
Raindown. Populer untuk menghiasi interior properti komersial, jenis
kaca ini seperti dialiri air pada permukaannya, seolah menghadirkan ekosistem
air di dalam ruangan, Bersifat tidak tembus pandang, kaca inibisa menjadi
partisi atau penghias di ruangan
D. Standar
Manajemen dan Produksi
Beberapa standar yang digunakan dalam
industri kaca acalah:
1.
SNI (Standar Nasional Indonesia), SNI yang digunakan adalah SNI kaca lembaran
dengan nomor SNI-15-0047-2005, dengan syarat umum
2.
JIS (Japan Internasional Standard) R3206 dan R3211
3.
ANSI (America National Standard Institution)
4.
ECE (Economic Commission for Europe) E6 43 R
5.
ISO (Internasional Standard Organization) 9002 dan 14001, dan QS 9000.
BAHAN BAKAR
Pada proses peleburan kaca sarana yang di gunakan
adalah api yang sangat panas untuk memanaskan tungku pemanas agar kaca dapat
melelbur sesuai dengan suhu yang di inginkan atau tergantung pada jenis bahan
yang di kehendaki.
E. Proses
Pembuatan
Urutan proses pembuatan kaca pada umumnya
sebagai berikut :
1. Transportasi
bahan baku ke pabrik
2. Pengaturan
ukuran bahan baku
3. Penimbunan
bahan baku
4. Pengangkutan,
penimbangan, dan pencampuran bahn baku, dan pemuatannya ke tanur kaca
5. Reaksi
pembentukan kaca di dalam tanur
6. Penghematan
kalor melalui regenarasi dan rekuperasi
7. Pembuatan
bentuk produk kaca
8. Penyelesaian
produk kaca
Reaksi
yang terjadi dalam pembuatan kaca adalah:
Na2CO3 +
aSiO2 Na2O.aSiO2 + CO2
CaCO3 +
bSiO2 CaO.bSiO2 + CO2
Na2SO4 +
cSiO2 + C Na2O.cSiO2 +
SO2 + SO2 + CO
Berikut adalah gambaran proses produksi kaca yang
diaplikasikan di PT Asahimas Flat Glass Tbk. (AMFG)
1. Proses
pencampuran bahan baku
Proses pencampuran bahan baku dibagi menjadi dua
tahapan, yaitu:
a. Pencampuran
antara materal menjadi mixed batch
Material antara lain silika sand,
dolomite, soda ash, lime stone, feld spar,salt cake, colorant dan lain-lain
sesuai dengan kaca yang akan diproduksi dicampur dengan menggunakan mixer
berbentuk turbin. Secara garis besar maka skema prosesnya adalah
Proses mixing berlangsung selama 4
menit yang dibagi menjadi 2 tahap, mixing basah dan mixing kering. Proses
mixing kering terjadi pada 1 menit pertama kemudian dilanjutkan mixing basah
dengan penambahan air untuk memperoleh moisture sesuai dengan yang
diharapkan yaitu 4,5-5,5%. Sebagian besar alat transportassi material adalah
belt conveyer dan bucket elevator
b. Pencampuran
antara mixed batch dengan cullet
Setelah campuran batch keluar dari
mixer, batch tersebut diangkut dengan belt conveyer dan dibawa oleh bucket
elevator masuk ke mixed batch tank. Bersamaan dengan itu cullet yang berasal
dari circulating cullet dan foreign cullet juga ditimbang dalam hopper scale.
Setelah itu batch dan cullet diangkut dengan belt conveyer dan bucket elevator
masuk ke dalam batch dan cullet tank. Selanjutnya dibawa ke blanket feeder
sebelum masuk kedalam melter. Namun apabila terjadi kesalahan proses batch
yang dapat disebabkan oleh kesalahan scale atau kesalahan operasi maka mixed
batch tank harus dikuras dan hasilnya disebut miss batch. Miss batch ini
disimpan kemudian diidentifikasi komposisinya melalui laboratorium. Pemakaian
miss batch dilakukan secara bertahap dengan berdasarkan kesamaan jenis produk
dan kualitasnya.
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam operasi batch house antara lain:
a. Berat
material
Berat target harus sesuai dengan berat
material di lapangan, dari batch calculation dapat diketahui berat target
material dalam keadaan dry, sedangkan untuk bahan-bahan yang berasal dari
tambang pasti memiliki kadar moisture tertentu.
b. Prosentase
kandungan air material
Material yang berasal dari hasil
tambang pasti memiliki kadar air tertentu. Kadar air ini harus dikontrol dan di
cek secara manual dan automatik. Kadar air material harus sesuai dengan standar
yang ditentukan, yaitu:
1) Kadar
air silika sand ≤ 5%
2) Kadar
air dolomite ≤ 12%
3) Kadar
air feldspar ≤ 5%
4) Kadar
air lime stone ≤ 3%
5) Kadar
air batch from mixer 3,5-5,5%
Moisture dicek secara manual dan
auto moisture check yang terdapat pada setiap ujung scle feeder dari material
yang tercantum di atas. Tidak semua material diperiksa moisturenya, karena
beberapa material tidak memiliki sifat menyerap air atau tidak memiliki sifat
hidroskopis.
Tujuan
pengontrolan kadar air material adalah:
1) Mencegah
material batch yang terlalu kering, terbang dan hilang pada saat transportasi
batch berlangsung.
2) Mencegah
material batch yang terlalu kering, terbang dan hilang karena tersapu flame
pada saat memasuki melter dan dapat menyebabkan kebuntuan pada regenerator.
c. Grain
size
Grain size dicek dengan cara sampel
yang telah diambil diayak dengan sieve yang memiliki ukuran mesh berbeda-beda
sesuai dengan material yang diperiksa. Setelah diayak maka terdapat
material yang tidak lolos sieve yang kemudian ditimbang.
2. Proses
peleburan (Melting)
Operasi melting adalah proses
peleburan batch dan cullet menjadi bentuk yang homogen yang disebut molten
glass. Jenis tungku yang digunakan adalah Flat bottom Furnace. Kejadian di fase
melting adalah kejadian alamiah, dimana terjadi perubahan fase dari padat ke
cair. Beberapa zat berubah dari padat ke gas atau cair ke gas. Perubahan fase
ini sifatnya endothermik atau memerlukan panas/energi. Proses melting
memerlukan energi untuk melebur batch dan cullet, energi ini berasal
dari pembakaran natural gas dan panas dari molten glass.
Proses peleburan ini menggunakan
tanur. Tanur kaca dapat diklasifikasi sebagai tanur periuk atau tanur
tangki. Tanur-tanur ini tergolong tanur regenerasi dan beroperasi dalam dua
siklus. Suhu tanur yang baru mulai hanya dapat dinaikkan sedikit demi sedikit
setiap hari, bergantung pada kemampuan refraktorinya menampung ekspansi. Bila
tanur regenerasi itu sudah dipanaskan, suhunya harus dipertahankan minimal 1200oC
setiap waktu. Kebanyakan kalor menghilang melalui radiasi, dan hanya sebagian
kecil yang termanfaatkan untuk pencairan.
a. Tanur
periuk (port furnace), dengan kapasitas sekitar 2 t atau kurang dapat digunakan
secara untuk membuat kaca khusus dalam jumlah kecil di mana kaca cair itu harus
dilindungi terhadap hasil pembakaran. Tanur ini digunakan terutama dalam
pembuatan kaca optik dan kaca seni melalui proses cetak. Periuknya sebetulnya
ialah suatu cawan yang terbuat dari lempung pilihan atau platina.
b. Tanur
tangki (tank furnance), bahan kaca dimuat ke satu ujung tangki besar yang
terbuat dari blok-blok refraktor, di antaranya ada yang ukutan 38 x 9 x 1.5 m
dengan kapasitas kaca cair sebesar 1350 t. Kaca itu membentuk kolam di dasar
tanur. Sama seperti tanur periuk, dindingnya mengalami korosi karena kaca
panas. Kualitas kaca dan umur tangki bergantung pada kualitas blok konstruksi
Yang digunakan oleh PT Asahimas
Flat Glass Tbk. (AMFG) pembakaran terjadi di furnace yang disebut port side
furnace, yaitu pembakaran dari samping yang mempunyai 12 port yang terdiri
dari 6 port sisi kiri. Tiap port terdapat dua buah burner kecuali port 6,
sistem pembakaran dilakukan secara bergantian kiri dan kanan setiap 20 menit.
Setiap sisi furnace dilengkapi dengan regenerator untuk memanfaatkan panas
hasil pembakaran kemudian digunakan untuk memanaskan udara.
Dalam proses melting, molten glass mengalir
dan mengalami sirkulasi karena adanya perbedaan temperatur dan juga karena
aksesoris-aksesoris yang ada pada proses melting, yaitu bubler, neck skimbar
dan stirrer. Ada empat stage pada proses melting, akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Primary
Melting Stage
Pada tahap ini, material mulai
dipanasi dan melebur. Sumber panas pada tahap ini adalah burner port 1-2-3 dan
molten glass itu sendiri. Pada tahap ini konsumsi energi di melting furnace
sangat tinggi, karena untuk merubah bentuk raw material menjadi
molten butuh energi yang besar. Di fase ini reaksi inti dan penguraian
komposisi material menjadi oksida terjadi. Dari semua oksida melebur menjadi
satu dan komponen gas yang terjadi akan terlepas dan ada yang larut.
Batch-cullet yang masuk ke dalam
furnace melalui dog house, membetuk batch pile yang kemudian akan
melebur. Primary melting dibatasi oleh bubler yang membentuk gelombang
permukaan (tsunami) ke segala arah. Karena susunan bubler melintang sepanjang
melter, maka arah gelombang secara global ke arah upstream dan downstream.
Sehingga ada arus balik ke upstream pada primary melting.
b. Fining
Stage
Tahap yang kedua ini adalah tahap
dimana gas-gas hasil reaksi melting utama (primary melting) yang terkadung di
dalam molten glass dilepaskan. Pada tahap ini temperatur molten glass dinaikkan
agar kaca menjadi makin encer dan mudah untuk melepaskan gas-gas tersebut.
Gas-gas hasil reaksi primer membentuk benih-benih buble atau seed bubble,
dimana diameter dari bubble ini sangat kecil, namun banyak sekali. Gas-gas ini
banyak mengandung CO2. CO2 ini dapat dilepaskan
dengan membuat bubble yang lebih besar dari ukuran CO2, yaitu dengan
menambahkan gas SO2 dan O2
Mekanisme fining yang terjadi
adalah, bubble yang berdiameter kecil akan menyatu dengan bubble
yang berdiameter besar, sehingga bubble ini akan semakin volatile atau
kemampuan ambangnya bertambah. Gas yang berdiameter besar diperoleh dari yang
berasal dari salt cake. Untuk menambah efektifitas proses fining ini, maka
temperatur molten pada stage ini dinaikkan sampai mencapai >1450ºC.
Proses terjadinya fining ini ada di area port 4-5-6 dan stagnan. Pada area ini
akan terlihat banyak foam pada permukaan molten. Foam ini merupakan foam bubble
yang naik ke atas permukaan. Agar foam ini dapat tersapu bersih, maka pada
pembakaran port 4 dan 5 ditambahkan material Titanium yang dibakar bersama
dengan api pembakaran, yang tujuannya untuk menyapu foam ini dengan flame yang
berat. Titanium memberi efek flame akan jatuh ke bawah dan menyapu foam yang
ada di permukaan sehingga gasnya benar-benar terlepas. Fasilitas penyapu foam
ini dinamakan Thinering Foam Layer (TFL). Materialnya merupakan campuran
larutan Tetra Butil Titanate dengan Light Oil, dengan ratio 1:7.3.
c. Stiring
dan Skiming
Pada tahap ini molten glass harus
melewati sebuah celah sampai yang disebut sebagai neck (leher) dimana pada area
ini terdapat proses yang sangat berpengaruh, yaitu:
1) Stirring (Pengadukkan)
Tujuan pengadukkan molten glass ini
adalah untuk mencampur molten glass yang berat dan ringan, sehingga berat
jenisnya homogen. Molten glass yang ringan banyak dikontribusi dari fresh
molten glass dan melter, karena temperaturnya tinggi, sedangkan molten glass
yang ringan dikontribusi dari molten glass return dari refiner, yang
temperaturnya lebih dingin dan berada pada posisi bottom neck. Stirrer terletak
pada posisi atas, blade dan rotasinya didesign untuk menarik molten glass
yang dari bawah naik ke atas dan dimixing bersama-sama. Bentuk blade
stirrer adalah paddle simetris dengan membentuk sudut 45º. Efek aliran dari
stirrer disebut efek ‘pumping up´ dimana molten glass dari bawah tertarik ke
atas permukaan dan dimixing bersama-sama dengan molten baru. Blade stirrer ini
dibuat dari pipa yang dibentuk seperti dayung dan dialiri air pendingin. Body
stirrer juga diberi proteksi mortal refractory jenis ‘cocation’.
2) Skimming (Pemisahan/Penyaringan)
Skimming adalah pemisahan sebuah
substansi yang sejenis dan sefase, berdasarkan perbedaan berat jenis /
densitasnya. Pada proses ini, kaca dibendung dengan rangkaian pipa berair
pendingin, yang tujuannya memblokir kaca yang temperatur dan berat jenisnya
berat dapat memasuki area refiner. Pipa ini disebut ‘Neck Skim Bar’. Neck
skim bar memiliki dimensi yang bermacam-macam tergantung
kebutuhan pendinginan dan area bendungan (blocking area) yang diinginkan.
Ketika berhadapan dengan skim bar hanya kaca yang memiliki berat jenis
ringan saja yang dapat melewati bagian atas dan sekitar skim bar, artinya hanya
kaca yang sangat panas yang dapat melewatinya. Kaca yang dingin akan semakin
dingin dan menjadi berat, akhirnya tidak dapat melewati skim bar. Kemudian
kaca ini akan turun ke bawah dan kembali bersama ‘return current’ dari refiner
atau dimix kembali diarea stirrer.
d. Refining
Pada tahap ini adalah tahap akhir
dari proses di furnace. Pada tahap ini kaca dijaga agar temperaturnya tidak
terlalu drop dan cukup untuk masuk ke dalam metal bath. Secara prinsip, jika
temperatur kaca terlalu dingin,maka pada refiner akan rawan terbentuk lapisan
kaca yang dingin dan berat yang akan diam di bottom refiner. Ini disebut
sebagai ‘Dead Glass’. Jika terlalu banyak dead glass yang terbentuk, maka
lapisan kaca ini akan ikut keluar melalui canal bersama-sama dengan kaca yang
ringan dan akan menyebabkan gangguan optik dan distorsi pandang pada kaca.
Gangguan ini disebut sebagai ‘Ream’ dan efek optiknya disebut ‘Zebra’.
Jika kaca terlalu panas, maka
proses foaming di metal bath akan kesulitan, karena ribbon cenderung melebar
dip roses forming awal dan cenderung mengecil dip roses forming tengah.
Temperatur yang ideal untuk kaca masuk ke dalam metal bath adalah sekitar 1010
s/d 1050ºC pada temperatur bottom canal, atau pada kisaran 1150-1200 pada
temperatur permukaan molten di canal.
Diharapkan dalam sirkulasi ini,
molten glass yang keluar dari melting menuju metal bath akan homogeny, dengan
cara selalu memperhatikan temperatur pada dog house bottom temperatur, crown
stagnan, crown front dan canal bottom. Temperatur berhubungan dengan massa
jenis dimana jika masa jenis berubah maka tidak homogen. Di dalam
furnace terjadi reaksi antar material, berdasarkan temperatur terjadinya dibagi
menjadi empat kategori sebagai berikut:
a. Solid
state reaction (300-800ºC)
Pada temperatur 300-800ºC reaksi
solid terjadi diantara permukaan partikel batch. Reaksi-reaksi ini
utamanya terjadi antara karbonat dan pasir quartz. Tipe-tipe silika yang
berbedadan kombinasi karbonat (double karbonat) terbentuk. Derajat dari
tejadinya reaksi ini tergantung dari mutu kontak antara komponen-komponen
tersebut. Penambahan air saat batch akan menguntungkan karena dapat
meningkatkan kontak antara partikel- partikel. Reaksi yang terjadi antara
lain:
Na2CO3 + MgCO3 Na2Mg(CO3)2 (300 –
500oC)
Na2CO3 + CaCO3 Na2Ca(CO3)2
(550 – 850oC)
Na2Ca(CO3)2+SiO2Na2SiO3 +
CaSiO3 +2CO2 (600–800oC)
Na2CO3 + SiO2 Na2SiO3 +
CO2
(700 – 850oC)
2CaCO3 + SiO2 Ca2SiO4 +
2CO2
(600 – 900oC)
b. Pembentukan
fase metl primer (700-900ºC)
Pada temperatur 700-900ºC alkali
yang mengandung karbonat akan melt (leleh). Fase melt sangat penting karena
silika sand akan dikeliling oleh lelehan alkali yang kaya karbonat. Pada
temperatur lebih tinggi lelehan ini akan melarutkan pasir dengan cukup cepat.
Fase
melt utama adalah sebagai berikut:
Ts (Na2CO3) = 850ºC
Ts (Na2Ca(CO3)2) =
820ºC
Ts (K2CO3) = 890ºC
Selain itu beberapa fase melt yang mungkin juga
terjadi, seperti:
Teut (Na2CO3.KCO3)
= 700ºC
Teut (Na2Ca(CO3)2+
Na2CO3) = 740ºC.
c. Dissociation
Reaction
Karbonat yang mengandung Ca dan Mg
berdisosiasi (dekomposisi) sebelum oksidanya bergabung menjadi glass melt.
Selama disosiasi dihasilkan CO2.
CaCO3 CaO + CO2 (910ºC,
1 atm)
Na2Ca(CO3)2 CaO
+ Na2O + 2CO2 (6ºC, 1 atm)
CaCO3 CaO + CO2
(540ºC, 1 atm)
CaCO3 CaO + CO2(650ºC,
1 atm)
CaCO3 selanjutnya
akan bereaksi dengan SiO2 atau Na2CO3 membentuk kalsium
silikat atau Na2Ca(CO3)2. Lalu
oksida-oksida hasil reaksi akan menjadi bagian dari fase melt silikat yang ada.
d. Dissolving
reaction SiO2
|
Tabel
2.1 Kandungan
bahan dalam proses peleburan
3. Proses
Pembentukan Kaca (Drawing)
Proses pembentukan kaca disebut
proses drawing yaitu proses untuk membentuk molten glass dari melting
menjadi kaca lembaran. Pembentukan kaca ini bisa diatur tebal tipisnya kaca dan
lebar kaca yang dibutuhkan. Secara alamiah, jika molten glass dituangkan ke
permukaan yang rata, contoh timah cair. Kaca relatif elastik saat
masih berbentuk molten glass, sehingga kaca bisa ditarik dan ditebalkan
sesuai keinginan kita, sehingga mendapatkan ketebalan dan lebar kaca yang
diiginkan. Di proses drawing ini kaca dituang ke dalam kolam timah sepanjang
+/- 48 meter dan selebar 3 sampai dengan 7 meter, lalu ditarik oleh deretan
roll, yang disebut lehr roll, sepanjang +/- 100 meter.
Selama ditarik lehr roll ini, kaca didinginkan
sampai siap dipotong. Kaca ini terus menyambung, sehingga disebut sebagai
ribbon. Operasi dalam bath ini secara manual. Pengendalian ribbon hanya dilakukan
dengan periscope atau kamera intip di dalam bath. Pengendalian ribbon bisa
dimonitor secara lengkap hanya dari meter room bath dan meter room bath satu
sisi bath saja. Untuk itu koordinasi antara meter room dari bath sebelah kiri dan
kanan harus bagus. Ada beberapa macam accesoris yang dipakai di dalam operasi
drawing di metal bath. Secara umum, accesoris ini dibagi berdasarkan
peruntukannya, antara lain:
a. Pembentukkan
kaca
1) A-roll adalah
alat utama di dalam pembentukan kaca pada proses float ini,dimana fungsinya
adalah melebarkan atau mengecilkan lebar ribbon.A-roll bekerja dengan 3 cara:
a) Sudut
Yaitu mengarahkan arah dayungan kaca keluar (arah
bath side) atau ke dalam (arah ke cantre). Jika diarahkan keluar, maka kaca akan
melebar, jika diarahkan ke dalam, maka kaca akan menyempit
b) Speed
barel
Pengaruhnya adalah kecepatan dayungan dan ini juga
bergantung pada posisi A-roll, yang erat kaitannya dengan profil ribbon
dan posisi sudut yang erat kaitannya dengan arah dayungan. Putaran A-roll
searah dengan arah ribbon di posisi area nip on, sehingga A-roll L & R
putarannya berkebalikan.
c) Nip
down A-roll
Nip down adalah kadar menancapnya A-roll di atas
ribbon. Nip down ini dapat diukur dari kedalaman gigi barell yang terlihat.
2) Penscope
& camera monitor adalah alat untuk melihat ribbon secara visual, tepat
di atas ribbon, sehingga pergerakkan ribbon di dalam bath bisa
dimonitor secara detail, termasuk terlihat visual A-roll pattern. Prinsip
kerja periscope sama seperti periscope kapal selam, hanya saja periscope
ini bekerja pada kondisi panas, sehingga harus dilindungi oleh
cooler house dan diberi purging N2 untuk menahan bath
atmosfer panas masuk merusak periscope.
3) Carbon
extention tile (CET) adalah blok carbon yang ditambahkan untuk memajukan
restrictor tile. Sehingga ribbon baru akan melebar lebih ke down stream.
Tujuan pemasangan CET ini adalah untuk membantu kerja A-roll di dalam
mendayung ribbon ke tengah, khususnya saat produksi thicker glass, dimana
diperlukan pengumpulan massa kaca di HOT agar lebih tebal dari tebal
kesetimbangan.
4) Carbon
fender adalah carbon ini dipasang untuk membuat kaca tebal atau thicker
glass. Gross keep dan tebal diatur hanya menggunakan lehr speed dan pull.
5) Carbon
fence berfungsi untuk centering ribbon di exit dan menjaga ribbon
agar tidak menabrak shoulder, jika terjadi ribbon swing (pembesaran
grossyang over).
b. Pengaturan
temperatur kaca
1) Conal
cooler adalah coller yang dipasang di canal (upstream back tweel),
dimana fungsinya untuk menurunkan temperatur canal.
2) Hot
cooler adalah cooler yang dipasang di area hot, fungsinya
untuk menurunkan temperatur ribbon agar A-roll tidak bermasalah dengan
ribbon karena ribbon terlalu panas
3)
Exit cooler digunakan untuk mengatur temperatur exit.
4) Pipe
cooler adalah cooler pipa yang dicelupkan ke dalam timah. Posisinya ada di
tepi. Umumnya dipakai di exit area, untuk mendinginkan temperatur exit
dengan cara mendinginkan temperatur timahnya. Namun ada beberapa kasus diseting
di tapper area.
5) Bath
heater mutlak dipakai untuk pemanasan ribbon dan pengendalian operasi di
bath. Terdapat beberapa region heater, yaitu: hot end, pre-heat, re-heat,
shoulder, auxiliary dan exit.
c. Pengaturan
arus konveksi timah
1) Carbon
barrier dengan adanya setting carbon barrier ini, timah dingin akan
masuk kembali ke tengah dan timah panas dari upstream sebagian akan keluar
di upstream barrier dan kembali ke depan.
2) Linear
motor adalah penggerak timah yang menggunakan gaya elektromagnetik dan
bisa berfungsi mendorong timah atau menarik timah.
d. Ascessoris
pendukung.
1) De-drossing
pocket (DDP) adalah bagian dari bath yang disetting secara permanen dan
memiliki design khusus dengan bath yang fungsinya untuk menarik dross dari
area exit dan dapat dipisahkan dengan mudah.
2) Jaringan
SO2. SO2 berfungsi untuk meningkatkan ketahanan kaca
saat melalui lehr.SO2 bereaksi dengan kaca dan akan
menghasilkan film Na2SO4 tipis di bawah kaca
dari film ini menambah kekuatan kaca. Kaca akan lebih tahan gores dan tidak
mudah pecah.
3) Bath
sealing
e. Proses
Float
Proses ini adalah proses pengambangan kaca di atas
timah cair, untuk memperoleh kerataan kaca yang datar, sehingga kaca
memiliki kemampuan tranmisi optic yang baik (tanpa distorsi). Timah dipilih
sebagai media pengambang karena sifat timah
1) Tidak
menempel di kaca
2) Lebih
berat daripada kaca, sehingga kaca akan mengambang di atas timah
Ribbon secara alamiah akan mengalami pelebaran saat turun ke tin bath, kemudian akan mengecil seiring dengan pengaruh tarikan lehr speed. A-rool akan membantu melebarkan ribbon, sehingga kaca akan dapat disesuaikan ketebalan dan lebarnya. Hot cooler dan exit cooler digunakan untuk membantu pendinginan temperatur kaca. Bath heater digunakan untuk memanaskan temperatur kaca agar mudah dibentuk. Dari kondisi ribbon, ada 5 region di dalam metal bath, antara lain:
Region I
Pada region ini, kaca secara alamiah akan membesar,
setelah turun dari atas spout lip. Kaca akan mengarah ke tebal kesetimbangan
(+/- 6,7 mm). Gaya yang bekerja pada ribbon ke arah luar dan tengah mengalami
perlambatan.Temperatur kaca masih tinggi (+/- 1050ºC) dan kaca masih dalam
bentuk cair, sehingga kaca masih memiliki kemampuan untuk menstabilkan
penyebaran massa kaca ke semua arah.
Region II
Bagian ini dinamakan initial forming area atau fire
polishing area. Pada region II kaca sudah melewati tebal
kesetimbangannya, namun kaca seakan ditahan oleh A-roll no. 1 sehingga kaca
akan membesar. Pada region ini, gaya akibat efek lehr speed mulai terasa dan
mulai menarik ribbon ke downstream,dalam hal ini masih ada pelebaran dari
ribbon. Gaya pelebaran kaca semakin mengecil dan sampai pada titik dimana gaya
pelebaran tersebut nol, titik ini dinamakan titik kritis, karena ribbon mulai
akan mengecil.
Titik kritis ini merupakan batas akhir dari Region
II, temperatur kaca masih relative panas dan pada area ini kaca memiliki
kemampuan menstabilkan distribusi massanya. Semakin lama kaca tinggal di region
ini, semakin baik kualitas distorsinya.
Region III
Pada region ini, ribbon mulai mengalami pengecilan
yang besar, akibat tarikan lehr speed, sehingga pada area ini A-roll
ditempatkan. A-roll akan menahan ribbon dan membuat ribbon menjadi lebar dan
tipis. Pada region ini ribbon juga akan dingin akibat kehadiran A-roll yang nip
on, sehingga banyak konsumsi heater di daerah ini, untuk menjaga ribbon dalam
kondisi yang cukup elastic saat dibentuk dan A-roll tidak mengalami ribbon
slip. Pada region ini, ribbon juga akan dingin akibat kehadiran A-roll yang
nipon, sehingga banyak konsumsi heater di daerah ini untuk menjaga ribbon dalam
kondisi yang cukup elastic saat dibentuk dan A-roll tidak mengalami
ribbon slip.
Region IV
Pada daerah ini, A-roll sudah tidak ada lagi dan
ribbon mengalami pengecilan alamiah. Pada area ini kaca sudah mencapai hardening
point atau titik temperatur kaku, dimana kaca sudah tidak elastis lagi,
sehingga gross dan tebal sudah tidak dapat dibetuk lagi. Pada area ini
rawan terbentuk lipatan-lipatan pada ribbon, karena temperatur kaca yang masih
memungkinkan untuk elastis namun hampir kaku. Di daerah ini, kaca masuk ke
area shoulder.
Region V
Diregion ini, kaca sudah kaku dan mulai didinginkan agar
temperatur tidak terlalu panas saat memasuki lehr annealing dan cooling,
Diarea ini metal bath berakhir
f. Pendinginan Kaca di Lehr
Setelah kaca keluar dari Metal Bath, pasti kaca
membutuhkan pendinginan. Pendinginan ini tidak semata-mata sekedar
didinginkan saja, karena proses ini mempengaruhi fisik kaca secara luas. Target
dari operasi pendinginankaca di Lehr adalah:
1) Kaca
tidak pecah
2) Kaca
mudah dipotong
3) Kaca
tidak berkelok-kelok atau bowing / ngulet atau harus flat. Untuk itu, ketika
memerlukan instalasi pendinginan yang panjang, karena kitaharus menunjukkan
temperatur kaca +/- 600ºC ke temperatur kamar. Suatu perjalanan temperatur
yang sangat panjang.
Seperti yang kita ketahui, bahwa dalam system
fluida, perubahan temperatur berdanding terbalik dengan perubahan dnsity dan
perubahan viskositas (kekentalan).
Artinya, jika temperatur naik, maka massa jenis akan
turun, fluida semakin ringan karena massa / volumenya semakin kecil. Demikian
halnya dengan material yang sudah padat. Kita ketahui bahwa batang besi
bila dipanaskan akan bertambah panjangnya, jika didinginkan akan memendek. Hal
ini disebabkan karena fenomena yang sama. Ketika dipanasi, maka molekul akan
meregang dan ketika didinginkan molekul akan merapat. Dalam bahasa teknis,
kondisi molekul rapat disebut kompresi, kondisi molekul meregang disebut tensi.
Fase ini dinamakan fase annealing. Seperti halnya materi padat yang lain,
ketika didinginkan, material tersebut akan memasuki temperature kritis, dimana
kondisinya akan berbalik, yang seharusnya dipanaskan molekulnya mengalami
peregangan (tensi), malah mengalami perapatan (kompresi). Fase ini dinamakan
fase cooling.
4. Proses Pemotongan dan
Pengepakan (Cold Line)
a. Proses
Pemotongan (Cutting)
Pada tahap pemotongan kaca mengalami proses
pemotongan secara horizontal. Saat lembaran kaca berjalan, sudut pisau pemotong
dan kecepatan gerak pisau sudah diatur sedemikian rupa sehingga mendapatkan
potongan secara horizontal dan lurus. Pisau pemotong ini disebut cross wise
cutter yang diatur oleh pulsa generator. Kecepatan lehr speed
dikonversikan oleh computer (CPU) menjadi suatu sinyal. Sinyal ini dikirimkan
ke cross wise cutter dalam bentuk pulsa generator yang berfungsi
untuk menyesuaikan kecepatan cutter terhadap kecepatan dalam memotong
lembaran kaca sesuai dengan ukuran potongan yang dikehendaki.
Sedangkan untuk pemotongan secara vertikal atau
searah digunakan pisau length wise cutter. Untuk memperlancar proses pemotongan
kedua pisau ini selalu mengeluarkan kerosene secara otomatik. Selanjutnya hasil
goresan pisau secara horizontal dipatahkan oleh snapping main line. Proses
pematahan ini sangat sederhana yaitu roll pematah dibuat sedikit lebih tinggi
dari roll lainnya sehingga kaca akan patah. Agar kaca tidak bersinggungan maka
kecepatan kaca dibuat dua kali kecepatan lehr sehingga kaca yang sudah
terpotong lebih cepat terpisah.
Sedangkan untuk mematahkan hasil goresan pisau
secara vertikal digunakan edge snapper yang berupa roda kecil dipasang
menggantung diatas permukaan kaca sedikit menekan, sehingga kaca dapat
dipatahkan. Untuk memisahkan hasil potongan roda kecil yang arah
putarannya agak keluar. Bagian tepi kaca yang sudah patah dibuang terpisah
kedalam suatu hopper. Selanjutnya kaca terus bergerak menuju ke tempat
pengambilan sampel (take off sampling). Bila kaca yang digunakan lebih
kecil ukurannya maka digunakan longitudinal snapper. Kaca-kaca yang sudah
dipotong dengan ukuran yang diinginkan dibersihkan dengan menggunakan udara
yang disemprotkan dengan tekanan tertentu.
Proses pemotongan ini terdiri dari dua proses yaitu
pemotongan langsung dan pemotongan tidak langsung.
1) Pemotongan langsung (cutting on line)
Pemotongan langsung dilakukan diatas roll-roll yang
berjalan.Pemotongan langsung dibagi dalam dua tahap, yaitu:
a) Tahap Pendahuluan
Setelah melewati lehr kaca bergerak kebagian
pemotongan. Peralatan pertama yang dilewati adalah guoltine yang berfungsi
memecah kaca sebelum masuk ke washing machine. Alat ini digunakan jika terjadi
pergantian warna, pecah vertical atau bila terjadi pergantian ketebalan kaca.
Kemudian kaca masuk ke washing machine untuk dicuci dan dibilas. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat di permukaan atau bawah
kaca.
Peralatan yang digunakan berupa brushing roll dan
pada proses pencuciannya dibantu dengan hot water yang dihasilkan dari steam
dengan suhu berkisar antara 80-100ºC, karena kaca yang keluar dari
lehr suhunya sekitar 90ºC sehingga tidak terjadi perbedaan suhu yang
terlalu tinggi dan terhindar dari thermal shock yang menyebabkan pecahnya
kaca.
b) Pencucian kedua dengan rinse water
yangdiperoleh dari air sungai yang sudah didemineralisasi.
Kemudian kaca memasuki suatu ruangan gelap (dark
room). Di dalam dark room terdapat suatu alat yang disebut Floatican
Cathcer yang berfungsi untuk mendeteksi adanya cacat pada
permukaan, bagian bawah dan bagian dalam kaca. Adanya cacat pada
kaca tersebut ditandai dengan lampu detector berwarna merah. Jika pada kaca
terdapat cacat, maka akan terbentuk suatu bayangan pada layar (shine
screen). Kamera akan menangkap bayangan tersebut dan akan melaporkannya ke CPU,
setelah itu CPU akan memerintahkan alat-alat yang lain untuk melakukan action.
Setelah melalui floatation cacher kaca akan melalui ruangan yang di dalamnya
terdapat dua orang untuk mengecek kualitas kaca secara manual.
Di dalam ruangan tersebut juga terdapat dua orang untuk
mengecek kualitas kaca secara manual. Didalam ruangan tersebut juga terdapat
sisi yang dinamakan papan zebra, yang berfungsi untuk mengetahui adanya
cacat berupa zebra. Zebra adalah cacat yang disebabkan karena adanya distorsi
sehingga bayangan yang terbentuk tidak sesuai denagn aslinya. Selanjutnya
setelah kaca keluar dari dark room, dilakukan pelapisan dengan bahan kimia
(chemical coating) dipermukaan dan bawah kacadengan disemprotkan.
Tujuan
pemberian larutan kimia ini adalah:
Menghindari
jamur
Menghindari
reaksi antara kaca dengan kertas
Menghindari
perubahan warna kaca akibat perubahan cuaca
Supaya kaca tahan terhadap goresan Chemical
coating dibuat dari bahan-bahan kimia yang terdiri dari:
Zine sulfate
(ZnSO4.7H2O)
Citrate acid (C6H8O7)
Poly etana
glycol [HOCH2(CH2OCH2)nCH2OH]
Mono ethanol
amine (NH2C2H5OH)
2) Pemotongan tidak langsung (off line)
Pemotongan tidak langsung bertujuan untuk memotong
kaca-kaca ukuran kecil yang tidak dapat dipotong pada proses pemotongan
langsung, untuk memotong kaca-kaca afkir (tidak standar) untuk dipotong
menjadi ukuran yang lebih kecil. Selain itu untuk memenuhi pesanan dalam jumlah
sedikit tetapi berbagai macam ukuran engan menggunakan proses pemotongan
OMM (One Man Machine).
Setelah itu kaca dilewatkan pada main floating
table. Untuk memindahkan jalannya kaca dibuatkan suatu lubang pada table yang
berisi roll atau roda yang bagian atasnya dilapisi beludru, permukaan
table juga dilapisi beludru agar permukaan bawah kaca tidak tergores yang bisa
mengakibatkan menurunnya kualitas kaca.
b. Proses Pengepakkan (Packing)
Proses pengepakan bertujuan untuk mengemas produk
kaca di dalam box atau pallet dan menjaga kualitas produk sampai ke tujuan
pengiriman. Proses ini dilakukan oleh packing section dengan tugasnya:
1) Perencanaan
dan persiapan packing material
2) Preparation
wooden box yang meliputi box local dan eksport
3) Control
ware house balance yang dikoordinasikan dengan cutting balance
4) Servise
glass packing yang meliputi standart ekspor dan standar pallet
Kaca-kaca yang telah dipotong sesuai dengan ukuran
yang dikehendaki langsung dikemas. Sistem pengepakkan ada dua cara tergantung
dari pesanan eksport dan pesanan domestic. Cara tersebut adalah:
1) Unpacked
yaitu pengepakkan dengan pallet saja tanpa menggunakan peti.Ini untuk
pengiriman ke dealer-dealer yang berada dalam kota dan luar kota dipulau
Jawa (domestic).
2) Packed
yaitu pengepakkan dengan menggunakan peti atau box. Digunakan untuk pengiriman
diluar pulau jawa (dalam negeri) maupun eksport.
Material-material
yang digunakan packing adalah:
1) Kertas
(paper inserted) berfungsi sebagai pelapis antar kaca untuk menghindari
kerusakan pada kaca akibat gesekan, benturan serta untuk menghindari
menempelnya kaca yang satu dengan yang lain. Jenis-jeniskertas yang digunakan
yaitu sheinkasi dan AP untuk eksport sedangkan kraft untuk domestik.
2) Styrofoam
berfungsi sebagai peredam atau penahan guncangan yang dipasang antara kaca dan
peti agar kaca tidak bergesekan langsung dengan peti sehingga kaca tidak mudah
pecah.
3) Karton
sebagai pelapis antara kaca, khususnya untuk kaca yang ketebalannya mencapai
15-19 mm. Jenis karton yang digunakan adalah single wave.
4) Softboard
digunakan dibagian bawah peti untuk melindungi kaca dari goncangan dan
benturan. Softboard ini lebih lunak dari kayu tapi lebih keras dan kuat dari
Styrofoam.
5) Steelband
adalah pita baja yang digunakan untuk mengikat susunan kacadalam box. Untuk
menggunakan dan mengeratkan ikatan steelbanddigunakan klein seng.
6) Paku
dan baut digunakan untuk menguatkan kelembaban dalam tumpukan kaca.
7) Plastik
berfungsi untuk mencegah masuknya uap air ke dalam box.
8) Silica
gel berfungsi untuk mengurangi kelembaban dalam tumpukkan kacaUntuk pengiriman
ke luar negeri (eksport) kaca-kaca tersebut di bos secara khusus untuk
menghindari kerusakan pada saat perjalanan. Box tersebutdimasukkan ke dalam container.
Macam-macam
container yang sering digunakan adalah:
1) Dry
Container (DC). Container jenis ini memiliki satu pintu di salah satu sisinya
maka hanya digunakan untuk kaca-kaca dengan ukuran kecil saja.
2) Open
Top Container. Untuk container ini bagian atasnya terbuka sehingga kaca
dengan ketinggian melebihi container tetap dapat dimasukkan.
3) Hard
Top Container. Sama seperti open top tapi penutup atas container terbuat dari
besi.Container jenis ini sangat sulit dibuka sehinggaa jarang digunakan
untuk pengiriman.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kaca atau gelas ialah produk yang
amorf dan bening dengan kekerasan dan elastisitas yang cukup, tetapi sangat
rapuh. Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa kaca atau gelas apabila
dipandang dari segi fisika merupakan zat cair yang sangat dingin. Proses
pembuatan kaca adalah pencampuran bahan baku, peleburan kaca (melting),
pembentukan kaca (drawing), pemotongan kaca, dan pengepakkan kaca.
B.
Saran
Dengan adanya perusahaan pembuatan
kaca dan semakin majunya alat yang di cipatakan para insinyur maka sudah pasti
akan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para penganggur yang ada di
sekeliling perusahaan tersebut, dan juga dapat bermanfaat bagi
orang-orang sipil atau para arsitek dalam mengembangkan suatu ide dalam
perancangan bangunan. Dan dapat pula berguna bagi perusahaan otomotif karena
kaca sekarang tidak hanya sebagi kaca hiasan tetapi juga sebagai kaca
pelindung.
Namun, dengan makin besarnya
perusahaan kaca ini maka akan sangat menganggu lingkungan karena proses
pembuatan kaca ini pasti mempunyai limbah yang sangat berbahaya bagi
kelangsungan hidup manusia dan juga hewan yang ada di sekitarnya. Sudah tentu
semua ekosistem kana berubah baik dari struktur tanah ataupun air, tetapi ini
tidak langsung terjadi sangat cepat tetapi secara berlahan-lahan. Oleh karena
itu, industri kaca ini juga harus memperhatikan lingkungan sekitar dengan
meminimalisir dampak negatif dari limbah yang dihasilkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
(2013, May). All about glass. Dipetik October 21, 2013, dari
http://aalfiyahya13.blog.uns.ac.id/all-about-glass/
Anonim.
(2011). Bab III Proses Produksi. Dipetik October 21, 2013, dari
http://id.scribd.com/doc/47027633/BAB-III
Anonim.
(2012, September 04). Bahan-bahan Dasar Pembuat Kaca. Dipetik October 21,
2013, dari http://bisakimia.com/2012/09/04/bahan-bahan-dasar-pembuat-kaca/
Anonim.
(2013, May). Langkah cara membuat. Dipetik October 20, 2013, dari
http://langkah-cara-membuat.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-cara-pembuatan-gelas-dan.html
Anonim.
(2011, September 26). Pembuatan Kaca. Dipetik October 20, 2013, dari
http://aadhew.wordpress.com/2011/09/26/pembuatan-kaca/
Anonim.
(2005). SNI 15-0047-2005. Kaca Lembaran .
Anonim.
(2008, January). Thesis Binus. Dipetik October 20, 2013, dari
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00455-TISI-Bab%202.pdf
Anonim.
(t.thn.). Makalah Kaca. Dipetik October 20, 2013, dari
http://id.scribd.com/doc/98539379/makalah-kaca
Hernorjen,
I. (t.thn.). hernorjen. Dipetik October 20, 2013, dari
http://hernorjen.blogspot.com/p/makalah-proses-pembuatan-kaca.html
Keenan,
& W, C. (1984). Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Komandoko,
G. (2010). Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Schey,
J. A. (2009). Pengenalan Kepada Pproses Pembuatan. ITBM.
Virdian.
(t.thn.). How Glass Is Made. Dipetik October 22, 2013, dari
http://www.viridianglass.com/Residential/AboutGlass/Pages/HowGlassisMade.aspx
Vogel,
& Suehela, G. (1990). Buku Tesks Analisis Anorganik Kualitatif Makro
dan Semi Mikro. (L. Setiono, & A. Pudjaatmaka, Penerj.) Jakarta:
Kalman Media Pustaka.
Halo Pak / Kak
BalasHapusKami mau rekomendasiin situs DesaQQ , yaitu situs Game Online Dengan uang asli yang mana di sini kalau main dan menang bisa di Uangkan Loh!!!
Adapun Permain yang ada antara lain:
-Poker
-BandarQ
-Domino QQ
-Sakong
-AduQ
-Capsa Susun
-Bandar Poker
Untuk informasi selengkapnya hubungi:
Ig : @desa.qq
BBM : 5571d859
Line : desaqq
Wa : +6281287806446
Linknya di : DESAQQ (dot) ORG atau bisa langsung cek di google dengan Ketik di pencarian "DesaQQ"
Makasih...